Kertas kerja ini disusun oleh Edwin Partogi, Haris Azhar, Indria Fernida, Papang Hidayat dan Usman Hamid. Proses penulisan diawali oleh pembahasan draft awal tulisan yang dipersiapkan oleh Usman Hamid dalam rapat internal KontraS pada hari Rabu, 2 Februari 2005. Selanjutnya draft ini dikembangkan melalui pembagian kerja menulis beberapa orang pekerja KontraS.
Kertas kerja ini disusun dan dipublikasikan sebagai bahan bagi siapapun untuk terus mengingat peristiwa pembunuhan aktifis HAM Munir, menuntut pengungkapan dan pengungkapan pelaku, serta menolak terjadinya pembunuhan serupa di masa depan.
Isinya tidak terlalu panjang. Hanya cerita singkat dan dokumentasi seputar kematian Munir dan dinamikanya, mulai dari perhatian masyarakat dan para pejabat negara atas kematian Munir, hingga upaya untuk mengungkap tabir pembunuhannya.
Menjadi tugas kita semua untuk mengingatkan seluruh pemimpin negara ini agar pengungkapan kasus pembunuhan Munir menjadi indikator bahwa sejarah kita berubah. Orang tidak lagi boleh dihilangkan nyawanya atas alasan apapun, apalagi hanya karena pikiran dan sikapnya. Kita juga tidak boleh membiarkan ada orang yang merampas hak hidup orang lain tanpa merasa bersalah dan menyangkalnya sambil berlindung dibalik pengaruh politik dan materi. Kita tidak mungkin terus mengulangi sejarah kelam bila kita memang ingin berhasil membangun bangsa.
KontraS menyampaikan terima kasih kepada Robertus Robert atas sumbangan pikiran dan tulisan “dongeng kaum telengas”, kepada Asmara Nababan yang membaca dan memberi masukan, Kees de Ruiter, Michelle dan Ypie Boersma atas dukungan kampanye dan lobby parlemen di negeri Belanda, Matthew Easton di New York atas dukungan lobby dan kampanye internasional untuk kasus Munir. KontraS juga berterima kasih kepada dua orang pekerja Kontras Daud Bereuh dan Heryati yang banyak membantu penyediaan informasi dan bahan-bahan yang diperlukan bagi penulisan.
Selamat membaca dan semoga bermanfaat.
Format PDF; Size 2.5 MB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar