Baru saja saya duduk manis di selasar Mesjid mendengarkan khutbah Jumat. Dan lagi, dalam simakan saya hingga usia menjelang kepala tiga ini, khutbah Jumat kali ini pun diselingi dengan kata 'azab', 'neraka','siksa', 'pahala', 'surga', 'nikmat', 'api',dan kata-kata yang berafiliasi baik dan harmonis sejak lama dengan kata surga dan neraka.
Dalam manisnya duduk saya siang ini, kembali benak saya bertanya, apakah memang ketakutan dan pahala merupakan landasan seseorang untuk bertaqwa, untuk melaksanakan perintah Tuhan dan menjauhi larangan Tuhan? Apakah memang umat begitu tolol dan bodoh sehingga begitu mudah untuk ditakut-takuti dengan kata-kata ancaman berupa 'azab', 'siksa', dan 'neraka'? Ataukah umat begitu mudah dibuai dengan rayuan kata-kata indah bernama 'surga' dan 'pahala'?
Wallahu alam bish shawab, Tuhan menciptakan manusia, saya dan Anda, agar mampu menjadi khalifah yang bermanfaat bagi segenap alam raya, dengan segenap cipta, rasa, dan karsa yang dikaruniakanNya kepada kita. Lalu apakah ancaman dan buaian, berupa surga dan neraka, merupakan alat yang paling efektif dan efisien dalam upaya mendidik dan membangun jiwa seorang khalifah? Bukankah justru malah menciptakan budak penakut dan pamrih?
Ulama, sebagai seorang yang memiliki ilmu agama yang sangat luas dan memiliki iman yang kuat, yang juga berperan sebagai penerang kehidupan di masyarakat, sudah sepatutnya membimbing dan mendidik umat. Ancaman dan buaian sebagaimana saya sebutkan di atas mungkin pula merupakan bagian dari upaya membimbing dan mendidik, namun bila serta-merta dianggap sebagai alat yang paling efektif dan efisien, maka umatnya tak lebih dari budak penakut dan pamrih. Mungkin pula yang melakukan hal tersebut adalah 'ulama', yang semakin menjamur di negeri ini, yang hidup dari tarif berdakwah dan padatnya jadwal berceramah.
Benak ini kembali berpikir akan sebuah keindahan buaian, andaikan para ulama membimbing dan mendidik kami dengan hakikat, esensi, dan manfaat dari setiap tugas dan fungsi kami sebagai manusia, dalam hubungan kehambaan dengan Tuhan kami, hubungan muamalat dengan sesama manusia, dan hubungan saling menghormati dengan segenap isi alam raya.
Hmmm, semoga ini bukan sekadar buaian.
Friday, 05 August 2011
Ubaidillah Shahih
Tidak ada komentar:
Posting Komentar