Penabuan seksualitas yang terjadi dalam kehidupan setiap individu manusia, yang akhirnya menyebabkan tidak terbukanya dialog mengenai seksualitas secara sehat dan terbuka antara dirinya dan lingkungan eksternal, hal inilah yang akan mengantarkan setiap individu tersebut masuk ke dalam kebanalan seksualitas. Kebanalan seksualitas tersebut antara lain adalah kehamilan pra-nikah, seks bebas—dalam artian terlalu banyak berganti pasangan seksual, penyalit-penyakit kelamin, aborsi, perselingkuhan, desakan hasrat hedonis dan eksploitasi seksual—komersialisasi seksualitas—serta dampak-dampak lain yang menimbulkan kehampaan dimensi seksualitas dalam kehidupan individu. Padahal, sisi seksualitas dalam kehidupan manusia begitu melekat dan dominan dalam perjalanan hidupnya.
Sebenarnya, kebijaksanaan seksualitas begitu mendalam dan dapat memberikan pencerahan serta vitalitas bagi setiap individu, yang pada akhirnya akan memberikan dampak kesejahteraan, kebahagiaan dan kedamaian dalam kehidupannya. Pada kenyataannya, seksualitas bukanlah suatu naluri hewaniah belaka yang hanya berupa determinasi kondisi eksternal atau reaksi-reaksi kimia hormon-hormon reproduksi sehingga tidak dapat memilih dalam perilaku seksual seseorang. Seksualitas manusia dkendalikan oleh otak atau kesadaran dan dibentuk melalui pembelajaran. Hal inilah yang menyuratkan kita bahwa manusia memiliki otoritas terhadap seksualitasnya!
Tidak pernah ada kekuatan yang mampu melindungi diri seseorang dari kebanalan seksualitas. Baik itu perangkat hukum positivis, norma-norma adat istiadat dan bahkan hukum agama sekalipun. Maka dari itu, seksualitas merupakan suatu otonomi individu yang dapat mengantarkan kepada pembebasan kehendak dan pencerahan universal selama dilandaskan kesadaran dan pertimbangan empat dimensi manusia—sensualitas, emosional, rasionalitas dan intuisi.
Dengan begitu, sekarang saatnya kamu menegaskan terhadap dirimu sendiri, apakah kamu akan menyerah untuk terseret ke dalam kebanalan seksualitasmu? Atau kamu akan mencoba mematikan seksualitasmu? Atau bahkan kamu ingin menggali sisi seksualitasmu dan mencari terus makna terdalam—filsofis—dengan membuat dialog secara terbuka dan sehat terhadap diri sendiri dan lingkungan eksternal? Semoga pilihan sikap kamu dapat menjadikan seksualitas menjadi suatu perayaan kehidupanmu dan menjaganya agar tidak menjadi tereduksi nominal uang semata karena sudah banyak alat perayaan kehidupan yang terjebak ke dalam reduksi tersebut, dan semoga seksualitas dalam kehidupan kamu akan menjadi pemenuh kerinduan akan suatu keintiman hubungan dan komunnikasi, kebersatuan dengan alam semesta, serta panggilan mulia untuk berkontribusi dalam melestarikan keseimbangan kehidupan di Bumi. Bukalah matamu dan renungkanlah...
6 Maret 2009
Teguh Triatmoko
Tidak ada komentar:
Posting Komentar