“...negasi menyeluruh dari yang pernah ada sebelumnya...”
Semasa perang dunia, Swiss yang netral menjadi surga bagi kaum radikal, pembelot, pasifis, dan para seniman yang melarikan diri dari kegilaan perang. Pada tahun 1916 sebuah grup bernama Cabaret Voltaire di Zurich, yang beranggotakan Hugo Ball—seorang penyair muda dan sutradara teater—Emmy Hennings—seorang penyanyi dan penari kabaret—memulai sebuah gerakan yang bertujuan untuk menghancurkan seni dan menyerang keseluruhan tatanan borjuis.
Banyak seniman yang berasal dari berbagai macam gerakan seni—seperti kubisme, ekspresionisme, possimbolisme, dan futurisme—bergabung untuk membentuk grup seniman avant-garde radikal internasional yang mengkerucut menjadi Cabaret. Pada tanggal 14 bulan Juli, penyair anarkis, Tristan Tzara, mendeklamasikan syairnya yang berjudul Manifesto of Mister Fire Extinguisher. Dada telah lahir. Syair ini diciptakan untuk membawa sebuah iklim kekacauan, ketidakteraturan dan kontradiksi yang berapi-api untuk menghancurkan—untuk menegasikan—tatanan yang mapan. Dada pun menjadi semakin abstrak dan eksrim. Karya The Admirals Seeks a House to Rent dibaca oleh beberapa orang dengan bahasa yang berbeda-beda secara bersamaan, yang diringi dengan siulan, bunyi lonceng, letupan, drum, dan pukulan di atas meja. Tzara di dalam tulisannya Notes for the Bourgeois, menjelaskan syairnya: “memberikan kemungkinan bagi para penonton agar menghubungkannya ke dalam porsi yang sesuai bagi diri mereka dengan elemen karakteristik personalitas mereka sendiri...”
Para Dadais menyerang seni tanpa lelah karena mereka melihatnya sebagai simbol utama dari kultur borjuis. Namun di saat yang bersamaan mereka juga percaya bahwa seni dapat diredefinisikan agar menjelma menjadi pengalaman yang sepenuhnya di dalam hidup. Dengan demikian Dada mempunyai dua tujuan: pertama, untuk menghancurkan tatanan sosial melalui seni; kedua, mencapai kebebasan total melalui seni. Kebebasan yang mereka maksud bukan hanya semata-mata mengakhiri tirani dari budaya borjuis,. atau semakin leluasanya kebebasan politik, tapi pembebasan total dari tatanan itu sendiri. Karena itu, mereka melihat penghapusan dari logika dan rasionalitas yang berkuasa adalah sesuatu yang normal dan lumrah. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Hans Richter:
Seni harus membentuk jalannya sendiri menuju fungsinya yang baru di mana hanya dapat diketahui setelah negasi total akan segala sesuatu yang pernah eksis sebelumnya. Sampai saat itu, kekacauan, destruksi, perlawanan, “kebingungan”, dan kesempatan untuk peranan ini bukanlah ekstensi dari sudut pandangan seni, namun sebuah prinsip akan pembubaran dan anarki di dalam seni—anti-seni.
Dada ingin mendobrak batas-batas yang menghalangi kondisi dari pikiran yang sadar, batas-batas yang menghalangi kreasi maupun kesadaran akan kebebasan di dalam pikiran yang dipusingkan oleh kontradiksi- kontradiksi absurd dunia modern—sebuah dunia di mana, sebagai contoh, pemerintah mengeksekusi pembunuh karena kejahatan pembunuhannya, tapi secara bersamaan mengambil keuntungan dari pembantaian manusia di mana pemerintah sendiri terlibat. Dada melihat batasan-batasan ini dapat dihancurkan dengan membuka jalan bagi irasionalitas, dan ketidakteraturan, dan dari sini akan membuka kemungkinan sebuah dunia baru, sebuah perubahan, di mana batasan-batasan dan aturan musnah, yang ada hanya spontanitas dan kreativitas individu—sebuah dunia seni.
Pemberontakan di Berlin tahun 1918 memberi kesempatan bagi para Dadais untuk membawa ide mereka ke tingkat praktik. Richard Huelsenbeck dan Raoul Haussman berangkat ke kota dan pada bulan April membentuk Dewan Sentral Dadais Revolusioner. Manifesto mereka menginginkan:
- Serikat revolusioner internasional kaum intelektual yang kreatif dari pria dan wanita di dalam basis komunisme radikal. Introduksi dari penggangguran progresif melalui mekanisasi yang komprehensif di tiap sudut aktivitas. Hanya melalui pengangguran, terbuka kemungkinan bagi individu untuk mencapai kepastian sebagai kebenaran dari hidup dan pada akhirnya, membiasakan diri dengan pengalaman. Pengambilalihan yang urgen dari kepemilikan—yaitu sosialisasinya—dan pemanfaatan komunal bagi semuanya.Selanjutnya, ereksi dari kota yang bergairah, taman-taman yang dimiliki oleh masyarakat sebagai suatu keseluruhan dan mempersiapkan kemanusiaan untuk sebuah kebebasan yang sebenarnya. Para pastur dan para guru diwajibkan untuk setia pada Dadaist Articles of Faith. Penggunaan syair Dada sebagai sebuah doa resmi negara.
- Gereja-geraja diwajibkan untuk mengadakan pertunjukan musik dan puisi Dadais. Pembentukan 150 sirkus-sirkus demi pencerahan bagi proletariat. Pembuatan regulasi dari seluruh relasi seksual menurut kepercayaan Dadaisme Internasional dengan pendirian dari sebuah Lembaga Seksual Dadais.
- Dewan Revolusioner Berlin merespons para Dadais dengan berencana mengangkat Huelsenbeck sebagai komisaris dari Fine Arts! Di antara Huelsenbeck terdapat juga para seniman seperti Frans Jung, John dan Weiland Heartfield, George Grosz, Walter Mehring, Hans Richter, dan Kurt Schwitters.
- Sementara itu di Cologne, Marx Ernst dan Johannes Baargeld membentuk Dada Conspiracy of the Rhineland. Majalah anarkis mereka yang bernama Der Ventilator terjual sebanyak 20 ribu eksemplar sampai ketika majalah ini disupresi oleh Polisi. Di tahun 1920, Hans Arp bergabung untuk mengadakan ekshibisi Dada besar-besaran untuk pertama kalinya. Satu-satunya jalan masuk menuju ekshibisi tersebut, yang diadakan di sebuah halaman tertutup di belakang sebuah kafe, melewati sebuah tempat buang hajat umum. Ketika pengunjung memasuki tempat ekshibisi, mereka akan disambut oleh seorang gadis muda, yang berpakaian seakan-akan hari itu adalah hari komuni katolik pertamanya, sembari mengeluarkan kata-kata cabul. Di antara ekshibisi ada seni pahat karya Ernst yang dibuat dari kayu yang sangat keras dengan menggunakan kapak, di atasnya tertera sebuah tulisan yang intinya mengundang orang-orang untuk menghancurkan kerja.
Kembali ke Berlin, anarkis dan Dadais Johanes Baader mengklaim dirinya sebagai “Superdada, President of the League of Superdadaist Intertelluric Nations and Representative of the Desks of Schoolmasters Hagendorf.” Di sebuah upacara pentahbisan pemerintah Jerman yang baru di tahun 1919, Baader menyebarkan poster ke pengunjung dan penonton, yang menominasikan dirinya sebagai Presiden dari dunia.
Materi diambil dari buku ANARKI: SEBUAH PANDUAN GRAFIS karya Clifford Harper
Tidak ada komentar:
Posting Komentar