Pada tahun 1920, di 22 provinsi terjadi pemberontakan petani melawan Bolshevik dan terdapat sekitar 118 pusat perlawanan. Di provinsi Tambov, Serikat Pekerja Petani mengendalikan daerah mereka sendiri selama setahun sampai ketika terjadi intervensi militer yang masif di tahun 1921.
Kebijakan Bolshevik perihal Perang Komunisme dilaksanakan oleh Tentara Merah, yang menciptakan kondisi menjadi lebih buruk daripada sebelumnya ketika revolusi terjadi; ladang-ladang dirampas, dan di beberapa daerah terjadi penghukuman sampai eksekusi massa petani. Kebencian masyarakat akan sistem barunya, di desa-desa dan pabrik, terfokuskan pada satu orang: Leon Trotsky, pimpinan dari Tentara Merah.
Selama tahun-tahun ini, Trotsky sebagai pimpinan militer membangun sebuah ide marxis baru yang mengejutkan dan memposisikannya sebagai seorang yang disegani dari kalangan Bolshevik. Menurutnya, negara sosialis yang baru harus menjadi, “pemerintahan terkejam yang dapat dibayangkan.” Sosialisme sendiri menurut definisinya adalah “Organisasi pekerja di jalur yang baru, adaptasi mereka terhadap hal tersebut, dan pendidikan kembali bagi mereka, dilihat dari sebuah peningkatan yang konstan akan produktifitas.” Ia membenarkan jalan kembali menuju perbudakan dengan menyatakan bahwa: “di bawah kondisi-kondisi tertentu, perbudakan mewakili perkembangan,” karena, “ia akan membimbing menuju sebuah peningkatan dari produksi.” Pada waktu itu Tentara Merah adalah senjata untuk meyakinkan keinginan peningkatan tersebut. Para pekerja harus “dimiliterkan”. Non-pekerja—pembangkang dari tempat kerja—harus dikirim ke, “batalyon-batalyon yang berdisiplin, jika tidak, akan dipindahkan ke kamp-kamp konsentrasi.” Untuk alasan-alasan yang tidak akan mungkin dimengerti oleh Trotsky, idenya tidak disambut gembira oleh pekerja-pekerja industri Rusia.
Resolusi Kronstadt
1. Pemilihan baru soviet-soviet yang dilakukan melalui kotak suara rahasia, disertai kebebasan melakukan agitasi bagi pekerja dan petani.
2. Kebebasan berbicara bagi pers pekerja dan petani, demikian juga untuk kaum anarkis dan partai-partai kiri sosialis.
3. Kebebasan melakukan pertemuan bagi serikat dagang dan organisasi petani.
4. Sebuah konferensi non-partai dari para pekerja, Tentara Merah dan pelaut Petrograd, Kronstadt serta provinsi Petrograd.
5. Pembebasan seluruh tahanan politik partai-partai sosialis, seperti halnya dengan para pekerja, petani, tentara, dan pelaut yang dipenjara, yang berhubungan dengan gerakan pekerja dan petani.
6. Pemilihan sebuah komisi untuk menyelidiki kasus bagi mereka yang dipenjara dan yang dikirim ke kamp-kamp konsentrasi.
7. Penghapusan seksi-seksi politik dari kekuatan bersenjata. Tidak ada satu partai yang diberikan hak istimewa untuk menyebarkan ide-ide mereka ataupun mendapatkan dukungan finansial dari tujuan-tujuan semacam itu. Komisi-komisi budaya dan pendidikan harus dibangun, dipilih secara lokal dan dibiayai oleh negara.
8. Penghapusan blok jalur antara kota dan pedesaan.
9. Pembagian yang setara bagi masyarakat pekerja, dengan pengecualian untuk mereka yang dipekerjakan di dalam perdagangan.
10. Tidak adanya lagi keterlibatan partai di setiap cabang-cabang ketentaraan.
11. Kebebasan penuh bagi para petani untuk mengelola tanah serta hak untuk memiliki ternak sapi, dengan syarat para petani harus mengelolanya dengan maksud dan cara mereka sendiri dan tidak menyewa pekerja.
12. Mengajak seluruh cabang-cabang ketentaraan, termasuk pegawai-pegawai baru, untuk melaksanakan progam ini.
13. Pers harus menyebarluaskan program ini ke masyarakat luas.
14. Pengangkatan kelompok-kelompok kendali pekerja bergerak.
15. Perizinan produksi kerajinan yang tidak melibatkan upah-kerja.
Trotsky langsung menjawabnya dengan sebuah penyerangan melalui udara, disertai dengan tembakan artileri dan pengeboman yang menjadikan hari-hari itu sebagai hari-hari yang naas. Dengan marah, penduduk sipil dan tentara Kronstadt membalas serangan gencar kedua dari Tentara Merah. Di mulai pada tanggal 18 Maret, dua batalion dari rejimen 561 lebih dulu menyeberangi es, namun mereka menyerah ketika mencapai daerah pemberontak dan membiarkan petinggi mereka pulang sendirian. Setelah itu, Rejimen Orchane menolak untuk melakukan penyerangan. Dua Rejimen lagi malah menolak perintah dan memberontak, namun mereka dilucuti dengan paksa. Di saat yang bersamaan artileri Trotsky masih terus menggempur Kronstadt.
Meskipun diorganisir kembali, rejimen 561 menolak bertempur dengan, “saudara kami sendiri.” Beberapa unit Tentara Merah kehilangan orang-orang mereka dikarenakan peluru mereka sendiri—senjata mesin ditembakan dari belakang “untuk mencegah mereka menyerah kepada pemberontak.”
Dihadapkan pada pembangkangan, Bolshevik mengirim pasukan “yang dapat mereka andalkan” dari daerah jauh Kirghiz dan Bashkir sebelum komandan mereka, Toukhatchevsky, bersiap untuk penyerangan terakhirnya kepada para pemberontak yang sudah kelelahan.
Pada tanggal 16 Maret, sebuah tembakan altileri beruntun yang berlangsung selama 4 jam membuka penyerangan, diikuti dengan penyerangan dari udara. Pada waktu tengah malam, Tentara Merah mulai maju. Selama 5 jam mereka baru dapat memasuki kota, dan butuh 24 jam pertempuran jalanan yang naas dan pahit, yang pada akhirnya dapat mengalahkan para pelaut dan milisi pekerja.
Saksi nyata peristiwa tersebut menyebutkan bahwa setidaknya sejumlah 5.000 orang dari pihak pemerintah tewas dan terluka. Kekalahan pemberontak tidak pernah diketahui. Ribuan mati atau mungkin juga menghilang pada saat terjadi “Pengadilan Revolusioner” yang diikuti dengan mengungsinya orang-orang Kronstadt menyebrangi es menuju Finlandia, dan sekitar 15.000 pelaut dikeluarkan dari armada.
Penangkapan terjadi lagi di seluruh negeri dan pada tanggal 21 September, Cheka menembak Lev Chernyi, sang penyair anarkis. Kaum anarkis tersebar di kamp-kamp penjara, di mana kebanyakan dari mereka mati karena sakit, kerja berat, serta eksekusi dari Cheka. Mereka yang berhasil lolos dari penangkapan meninggalkan negeri asal mereka menuju sebuah hidup pengasingan. Di antara mereka adalah Emma Goldman dan Alexander Berkman, yang menulis:
Hari-hari berlalu kelabu. Satu per satu bara api harapan mulai mati. Teror dan despotisme telah menghancurkan kehidupan yang lahir di bulan Oktober. Slogan-slogan revolusi telah dikhianati, tujuan-tujuannya ternoda di dalam darah rakyat. Nafas hari kemarin menghantar jutaan orang menuju kematian; bayang hari ini terlihat layaknya sebuah kabut hitam yang menyelimuti seluruh negeri. Kediktatoran menginjak-injak masyarakat di bawah kakinya. Revolusi telah mati; jiwanya meraung di alam liar... Aku telah memutuskan untuk meninggalkan Rusia.
Pada tanggal 8 Februari 1921, Peter Kropotkin meninggal karena pneumonia. Sebuah pemakaman negara yang ditawarkan Lenin diacuhkan, dan konvoi 20.000 orang mengikuti peti matinya dari belakang dalam demonstrasi anarkis terakhir kali yang terlihat di Moskow. Mereka membawa spanduk hitam yang menyatakan kebencian mereka terhadap tatanan yang baru: “Ketika otoritas ada, kebebasan tidak akan pernah ada” dan “Pembebasan dari kelas pekerja adalah tugas dari para pekerja sendiri.” Ketika prosesi tersebut melewati penjara Butyrki, para penghuni penjara menyanyikan lagu-lagu anarkis dan menghentak-hentak terali penjara mereka.
Kaum anarkis merupakan inspirasi yang besar bagi revolusi popular karena tujuan mereka yang sama dengan rakyat yang menginginkan dihapuskannya negara dan kapital. Dalam waktu yang singkat, sempat terbukti bahwa sebuah revolusi sosial akan menghapuskan segala bentuk otoritas, dan menciptakan sebuah masyarakat desentralis yang terdiri atas kerja sama bebas dan sukarela dari para individu-individu adalah mungkin. Namun peringatan kaum anarkis akan kebusukan kekuasaan bagi mereka yang memilikinya—bahwa otoritas mencekik semangat revolusioner dan merampas kebebasan masyarakat—diacuhkan.
Dan sebuah despotisme baru lahir dari debu negara Tsarist. Dengan dikalahkannya Kronstadt, maka begitu jugalah akhir dari perjuangan kebebasan bagi Rusia. Sebagaimana yang dikatakan lenin: “Telah datang waktunya untuk mengakhiri oposisi, untuk menuntaskannya. Kita sudah cukup memiliki oposisi.” Inilah yang menjadi pencapaian sebenarnya bagi para Bolshevik pada waktu itu—untuk berhasil dengan cepat dan menyeluruh di dalam menghentikan revolusi, dan mengisi perannya sebagai sebuah kekuasaan total yang otoritarian. Sebagaimana yang ditulis oleh Alexander Berkman: “Bolshevisme itu masa lalu, masa depan adalah milik rakyat dan kemerdekaan.”
Materi diambil dari buku ANARKI: SEBUAH PANDUAN GRAFIS karya Clifford Harper
Tidak ada komentar:
Posting Komentar