“...sebuah tempat di mana orang-orang masih tertawa...”
Berakar dari sebuah sejarah revolusi yang berawal dari tahun 1789 sampai pada pemberontakan pekerja di tahun 1830an dan 1840an, Komune Paris yang terjadi pada tahun 1871 merupakan insureksi urban terdahsyat pertama di zaman modern. Sebagaimana yang ditulis Kropotkin: “Sebuah ide baru telah muncul... titik berangkat bagi revolusi-revolusi mendatang.”
Pada tahun 1870 pemerintahan Perancis kalah dalam sebuah perang memalukan melawan Prusia. Kemurkaan popular terhadap pemerintah memicu sebuah pemberontakan berantai ke seluruh Perancis. Ketika tentara-tentara Prusia menutup sekitar Paris, masyarakatnya mulai bergabung dengan batalion-batalion antar tetangga dari Tentara Nasional dan dalam waktu sekejap 384.000 sukarelawan bergabung. Sadar bahwa masyarakat telah mempersenjatai diri, pemerintah melarikan diri dari Ibukota menuju Versailles dan berdamai dengan Prusia. Setelah itu pemerintah harus mengambil alih kembali Paris yang sedang bergejolak, dan pada tanggal 18 Maret 1871, pemerintah mengirim pasukannya untuk merebut meriam-meriam Tentara Nasional.
Tentara menolak melepaskan tembakan di antara keramaian orang-orang yang memperolok mereka, malahan, mereka berbalik menembaki para petugas, kemudian menembak atasan mereka sendiri. Komune pun lahir.
Tentara Nasional, yang memimpin pemberontakan spontan ini, merebut bangunan-bangunan publik, gereja-gereja dan rumah-rumah orang kaya lalu menyerahkannya kepada sejumlah grup-grup politik serta komite yang bermunculan. Masyarakat menjadi terlibat dalam menjalankan seluruh kota, delegasi-delegasi dipilih secara sementara dan bertugas melapor ke distrik-distrik mereka sendiri. Di bulan Mei, 43 pabrik-pabrik dijalankan secara kooperatif dan musium Louvre dijadikan sebuah pabrik mesiu yang dijalankan oleh dewan pekerja.
Komune menaruh prioritas ke pendidikan—anak-anak berumur tiga tahun tidak disekolahkan—dan Tentara Nasional mengeluarkan para pastur dan suster dari sekolah-sekolah. Sebuah komite yang semuanya beranggotakan wanita, termasuk sang anarkis Louise Michel, mengorganisir kelas-kelas bagi wanita, juga membuka sekolah-sekolah bagi perempuan dan pusat perawatan di dekat pabrik-pabrik.
Satu dari aspek-aspek menakjubkan dari Komune Paris adalah atmosifr karnavalnya. Hal tersebut merupakan “festival bagi kaum tertindas:” kotanya memperlihatkan, “segala macam kesan dari hari libur... Kegembiraan yang begitu intens seakan-akan orang-orang sedang bergerak di dalam sebuah mimpi...” Paris merupakan, “sebuah tempat di mana orang-orang masih tertawa.” Namun semua ini hanya berlangsung selama 73 hari. Dengan keadaan yang dikepung secara terus-menerus, makanan pun semakin jarang dan harga-harga yang melonjak tinggi menimbulkan kesusahan yang mendalam. Pada tanggal 1 Mei, tentara pemerintah memasuki kota yang sedang kelaparan ini. Pertempuran selama 7 hari terjadi sebelum itu, satu demi satu, barikade-barikade komune dikalahkan. Dan sebuah pembantaian bengis terjadi. Berkompi-kompi tentara dan kaum borjuis yang bersenjata menyerang jalan-jalan, membunuh siapa saja yang ada di situ. Di puncak pembantaian, kurang-lebih 30.000 komunard tewas.
Materi diambil dari buku ANARKI: SEBUAH PANDUAN GRAFIS karya Clifford Harper
Tidak ada komentar:
Posting Komentar