“...berada di ladang di bawah hujan dan salju...”
Ide-ide semacam Free Spirit memicu imajinasi para pelajar yang berkumpul di Universitas Oxford pada abad keempat belas, dan bersamasama dengan pendeta radikal utopis—pendeta-pendeta Hedgerows—mereka menyebarkan pesan-pesan Free Spirit kepada para petani, gembel, pelacur, eks-tentara dan pembelot, juga pengangguran dan orang-orang buangan dari dunia bawah urban.
Musim semi 1381, sekumpulan tentara mengamuk di wilayah pedesaan Inggris, mereka memaksa para petani untuk membayar pajak lebih tinggi demi membiayai perang di Perancis—yang tidak disetujui oleh rakyat. Pada bulan Juni, perlawanan meledak di dalam sebuah pertempuran terbuka, dan dalam waktu seminggu, ribuan petani menyerang kastil-kastil dan rumah-rumah mewah, menghancurkan semua surat kepemilikan tanah yang dapat mereka temukan. Para petani timur-selatan Inggris datang berbondong-bondong di dalam dua pasukan besar dan berparade sampai ibukota. Pada tanggal 12 Juni, pemberontak telah mencapai wilayah luar London dan membangun tenda di Blackheath, di mana sang pendeta Hedgerow, John Ball mengumandangkan pidato:
Apabila kita merupakan keturunan dari satu ayah dan ibu, Adam dan Hawa, bagaimana mungkin para penguasa mengklaim memiliki bukti bahwa mereka lebih memiliki hak daripada kita—dengan santai mereka menyuruh kita menggali dan mengolah tanah agar mereka dapat menghabiskan apa yang kita hasilkan. Mereka memakai satin dan sutra, dilengkapi dengan bulu-bulu tupai, sementara kita berpakaian lusuh. Mereka memiliki anggur, rempah-rempah dan roti yang enak; sementara kita hanya punya sereal, gandum tak bermutu, tepung, dan hanya air untuk diminum. Mereka memiliki rumah-rumah dan tempat peristirahatan yang indah, sementara kita hanya punya masalah dan pekerjaan, selalu berada di ladang, di bawah hujan dan salju. Tapi melalui kita dan kerja-kerja kitalah segala sesuatu dapat ada untuk mempertahankan kemewahan mereka. Kawan-kawan yang baik, Inggris tidak akan pernah tenteram, takkan pernah, sampai ketika segala sesuatu dimiliki bersama dan di mana tidak ada lagi yang namanya si miskin dan si kaya—tapi semua dari kita berada di dalam satu kondisi.
Di pagi berikutnya, masyarakat London membuka gerbang-gerbang kota dan para pemberontak masuk tanpa ada halangan. Aksi pertama mereka adalah membakar Savoy Palace kepunyaan John of Gaunt, seorang kepala pemerintahan yang dibenci, kemudian menghancurkan penjara-penjara di London dan membebaskan para tahanan. Seorang anggota pemerintah yang ketakutan berpura-pura akan mengabulkan tuntutan-tuntutan para petani— termasuk pengampunan kepada semua yang terlibat di dalam pemberontakan—namun secara diam-diam mempersiapkan diri untuk melawan balik.
Pemerintah memulainya dengan membunuh pemimpin para petani, Wat Tyler. Di tengah kericuhan dan kebingungan yang mulai muncul, para petani dengan gampangnya terpecah-pecah, dan selama musim panas dan musim gugur, mereka diburu dan dibantai layaknya binatang hutan.
Materi diambil dari buku ANARKI: SEBUAH PANDUAN GRAFIS karya Clifford Harper
Tidak ada komentar:
Posting Komentar