Selamat Datang! | Welcome!

DALAM WAKTU YANG SEMAKIN MENDESAK UNTUK TRANSFORMASI MIMPI, DIMANA RUANG-RUANG HIDUP SUDAH SEDIKIT TERSISA UNTUK KAMI MENGKREASIKAN MIMPI. DIMANA RUANG-RUANG HIDUP BUKAN LAGI BEBAS BERBICARA TENTANG MIMPI SETIAP INDIVIDU, BEBAS MEMILIH JALAN BUDAYA-PERADABAN UNTUK SETIAP KOMUNI, NAMUN SUDAH PENUH DENGAN MIMPI-MIMPI MASSAL DAN JALAN HIDUP BUDAYA-PERADABAN MASSAL DALAM BINGKAI PERBUDAKAN MANUSIA.

IDEOLOGI, PEMERINTAHAN, PASAR, KORPORASI, STRUKTUR HIDUP DALAM SEJARAH TERCIPTA MASIH BELUM MAMPU MEMBEBASKAN MANUSIA DI ATAS ALAM YANG NETRAL INI, MAKA UPAYA-UPAYA UNTUK MENCIPTAKAN RUANG-RUANG BEBAS DI ATAS ALAM INI ADALAH UPAYA PEMBEBASAN INDIVIDU MANUSIA.

INDIVIDU BUKANLAH APA YANG IA PAKAI, APA YANG IA KENDARAI, APA YANG IA PERCAYAI. INDIVIDU BUKANLAH SETIAP MASALAH-MASALAH YANG MELEKAT PADA DIRINYA, LABEL-LABEL YANG DIBERIKAN KELUARGA DAN LINGKUNGANNYA. INDIVIDU ADALAH ENERGI INDEPENDEN DALAM KETAKDEFINISIAN YANG MAMPU MEMBERIKAN API KEHIDUPAN KEPADA ALAM, DIMANA ENERGI TERSEBUT JUGA BERASAL DARI API KEHIDUPAN ALAM DAN INI DINAMAI DENGAN SPIRIT.

MAKA PEMBEBASAN SPIRIT AKAN MEMBEBASKAN DUNIA, ADALAH VITAL UNTUK MENGHANCURKAN RUANG-RUANG YANG MENDESAK. PERANG TERHADAP MANIPULASI INFORMASI, HARAPAN-HARAPAN PALSU, DAN SEGALA STRUKTUR YANG MELEMAHKAN INDIVIDU DAN MEMBANGUN KEMBALI RUANG-RUANG BEBAS DI ATAS KEHANCURANNYA SAMBIL MEMELIHARA DAN MENGEMBANGKAN RUANG-RUANG BEBAS YANG SUDAH TERCIPTA.

SUDAH SAATNYA BEBASKAN SPIRITMU MAKA KAMU MEMBEBASKAN DUNIAMU! ANGKAT BERPERANG KARENA INI ADALAH MEDAN PERTEMPURAN & PERTARUNGAN SPIRITUALITAS!


FREE SPIRIT-FREE WORLD
AQUARIAN
aquarian.free@gmail.com

Kunjungi Pustaka Online Aquarian

QUOTES FOR LIFE TRANSFORMATION

Minggu, 15 November 2009

Intip sedikit dan silahkan berikan masukan dan usulan2 kamu yah...

Silahkan intip untuk melihat aktivitas2 di rumah kami dan kamu diundang untuk masuk... :)

Rumah kami masih akan terus berjalan, dan kami tidak bisa melakukan ini semua sendiri tanpa kamu. Jadi kalau kamu memiliki apapun yang bisa dikontribusikan di tempat kami (entah itu barang, tenaga, ikut mengisi kelas, membantu mengabarkan, dll...), kami akan sangat senang...

Untuk saat ini aktivitas kami yang sudah & sedang berjalan:

- Pesanan literatur Anti-Otoritarian dalam bentuk buku, zine, pamflet, flyer, jurnal, newsletter, dan film
- Kelas Bahasa Inggris & Skill Share
- Pesanan sablon kaos & beberapa artwork
- Taman Baca
- Penerjemahan
- Data base

Saat ini kami sedang berusaha untuk mempersiapakan kedai vegetarian dan D.I.Y Shop kami, dukung yahhh...



More Informations

Kaum Tani di Bawah Ancaman Kapitalisme

Perjanjian Tentang Pertanian dan Akibatnya Bagi Petani Kecil
Perjanjian tentang Pertanian (AoA) adalah salah satu hasil Putaran Urugay yang mengatur perdagangan pangan secara internasional dan dalam negeri. Aturan-aturan ini memacu lajunya konsentrasi pertanian ke agribisnis dan melemahkan kemampuan Negara-negara miskin untuk mencukupi kebutuhan swadaya pangan dengaan cara bertani subsisten (bahan pokok penyembung hidup). Mengingat sebagian besar penduduk Indonesia adalah petani, perjanjian Tentang Pertanian (AoA) sangat berpengaruh besar terhadap kehidupan petani Indonesia.

Menurut dasar pikiran ketetapan tersebut, daripada mencukupi sendiri kebutuhan pangan, lebih baik Negara-negara itu membeli makanan dalam pasar Internasional dengan uang yang diperoleh dari hasil ekspor. Namun, banyak Negara-negara kurang berkembang menghadapi rendahnya harga produk mereka atas sejumlah ekspor mereka yang terbatas. Selama empat tahun pertamaWTO, harga bahan-bahan pertanian jatuh, sedangkan harga makanan tetap tinggi. System ini dapat merugikan petani maupun konsumen dan sekaligus membuka jalan bagi perusahaan-perusahaan transnasional mendominasi pasar, terutama di Negara-negara miskin.

Dengan menanda tangani Perjanjian Pertanian (AoA) Negara-negara dunia ketiga menyadari bahwa mereka telah setuju untuk membuka pasar-pasar mereka sementara memungkinkan para Adikuasa pertanian menguatkan system produksi pertanian bersubsidi mereka yang menyebabkan anjloknya harga padda pasar-pasar mereka. Pada gilirannya, proses tersebut, menghancurkan pertanian berbasis petani kecil.

Aturan-aturan WTO yang terbaru mengenai pertanian mendesak Negara-negara miskin untuk meliberalisasi pasar-pasar mereka, sementara pada sisi lain memungkinkan Negara-negara maju/industri untuk mensubsidi dan membanting harga produk-produk ekspor pertanian mereka. Ekspor yang dilakukan dengan membanting harga, terutama oleh Negara-negara Uni Eropa dan Amerika Serikat menghancurkan kehidupan di Negara-negara miskin, dan harus secepatnya dihapuskan. Di Afrika Barat, sebagai contoh banjir konsentrat tomat murah Eropa telah menghancurkan produksi dan pengolahan tomat local, sementara produk-produk susu Uni Eropa yang bersubsidi tinggi telah menyebabkan hilangnya pendapatan para produsen susu di Brazil dan Jamaica. Sedangkan di Indonesia, para petani kecil penghasil beraas mengeluhkan banjirnya beras impor, yang harganya selalu lebih murah daripada beras yang mereka produksi.

Pemerintah-pemerintah Negara kaya terutama Amerika serikat seringkali menyatakan kesediannya terhadap pengembangan lapangan bermain yang sama dalam pertanian. Namun, dalam kenyataannya, secara bersama-sama Negara-negara OECD (Negara-negara industri maju0 membelanjakan $350 Milyar untuk mensubsidi para petani mereka. Di Amerika Serikat, ini berarti subsidi senilai $20.000 untuk tiap orang petani. Globalisasi pasar-pasar pertanian berarti bahwa para petani ini bersaing dengan para petani kecil di Negara-negara miskin, yang banyak diantaranya hidup dengan kurang dari $ 1 per hari.

Pada masa krisis, banyak Negara berkembang/miskin telah meliberalisasikan impor pangan mereka, atas tekanan dari IMF dan Bank Dunia, bahkan memberlakukan tarif nol persen untuk impor bahan pangan utamanya (sembako). Pada masa normal nantinya, sulit untuk memberlakukan tarif lagi.

Akibat dua keuntungan yang diperoleh dari perjanjian tantang pertanian yakni produk pertanian yang bersubsidi dan tarif bea masuk yang sangat rendah adalah sangat mengerikan bagi para petani di Negara-negara miskin dan berkembang. Petani kecil tidak akan mampu bersaing dalam pasar global yang dikendalikan oleh perusahaan transnasional sementara tekanan untuk menyediakan produk tanaman ekspor akan menggusur jutaan petani dari lahan mereka, jadi, sekali lagi, patut dicamkan bahwa inilah akibat utama dari Perjanjian tentang Pertanian/WTO bagi petani di Negara-negara berkembang/miskin : menggusur jutaan petani kecil di lahan mereka.


Kapitalisme Global di Lapangan Agraria : Pasar Tanah dan Proyek Administrasi Pertanahan
Setelah melihat kepentingan yang dibawakan oleh WTO lewat perjanjian tentang Pertanian (AoA), maka kita perlu pula mengetahui kepentingan kapitalisme global terhadap alat produksi yang paling penting bagi petani dan sector pertanian yaitu tanah. Untuk hal ini, kapitalisme global dan para pendukungnya (termasuk kalangan intelektual) mengembangkan konsep yang dikenal sebagai pasar tanah (land market), yang secara gencar dipromosikan oleh Bank dunia pada tahun-tahun 2000-an awal dis eluruh dunia. Di Indonesia, proyek Bank dunia ini dikenal sebagai Proyek Administrasi Pertanahan (PAP) atau Land Administration Project (LAP).

Bank dunia memiliki pengalaman yang cukup panjang dalam bantuan kebijakan pertanhan Negara-negaara berkembang. Dua desain utama yang pernah dianut oleh Bank Dunia adalah Land reform dan Land Market, walalupun motif dari bank Dunia adalah sama-sama melanggengkan pengaruh Amerika. Namun terdapat perbedaan-perbedaan penting antara keduanya, yang terletak pada dataran agenda ekonomi-politik, sector yang menjadi tumpuan dan periode waktu penerapan kebijakan tersebut.

Pada decade sekarang, Bank Dunia tidak lagi menggunakan desain utama land Reform, karena argumentasi ekonomi politiknya menurut Bank Dunia sudah tidak lagi tepat. Dalam upaya menerapkan pasar tanah tersebut, Bank Dunia menyarankan agar pemerintah Indonesia melakukan deregulasi semua perundang-undangan yang dapat membatasi ruang gerak investasi, termasuk di dalamnya deregulasi pertanahan. Dari tinjauan ini, proses pengadaan tanah untuk investasi modal besar selama ini mengalami sejumlah hambatan yang mengganggu. Hambatan tersebut didasarkan atas tipe ideal prinsip pasar bebas. Arah baru strategi, kebijakan program, dan proyek pertanahan tersebut adalah membentuk pasar tanah yang efisien.

Salah satu proyek deregulasi pertanahn dalam kerangka land market (pasar tanah) yang disarankan oleh Bank Dunia kepada pemerintah Indonesia adalah apa yang disebut sebagai Proyek administrasi Pertanahan (land Administration Project). Ada suatu titik masuk untuk melihat asal-usul PAP (Proyek Administrasi pertanahan) sebagai bagian dari strategi global Bank Dunia, yakni uraian Bab II dalam dokumen Bank Dunia berjudul Staff Appraisal Report-Land Administration Project (SAR) dengan judul Bank Experience, Strategy and Rationale for bank involvement. Pada bagian awal Bab II SAR tersebut, diuraikan pengalaman keberhasilan proyek sejenis di Thailand, yang juga bekerja sama dengan AusAid. Namun, tidak diuraikan pengalaman kegagalan serius dari proyek di Papua nugini. Kecenderungan untuk mempopulerkan pengalaman yang berhasil (menurut ukuran Bank Dunia), dan menyembunyikan pengalaman kegagalan tentunya menimbulkan pertanyaan. Satu pertanyaan penting adalah apa latar dari perluasan proyek-proyek sejenis ?
Saat ini paling tidak ada beberapa Negara, di mana Bank dunia bersama-sama dengan AusAid (badan kerja sama pembangunan Australia) membiayai dan memberi hutang untuk proyek sejenis di berbagai Negara yang berkembang, diantaranya Thailand, papua Nugini, Laos, dan el savador. Bank Dunia sendiri telah berpengalaman lebih dari 35 tahun menghutangi proyek semacam ini, untuk Negara-negara di dua wilayah : Central America dan South-and Southeast asia.

Desakan Bank Dunia kepada pemerintah Indonesia untuk melaksanakan deregulasi pertanahan berada dalam kerangka neo-liberal. Asal-usul deregulasi ini dapat ditelusuri dari Program Penyesuaian structural (SAP) dari Bank Dunia terhadap ekonomi politik Negara-negara penghutang, termasuk Indonesia. Karena itu, deregulasi ini hanya dapat dimengerti dari siasat bank Dunia terhadap Negara-negara penghutang termasuk Indonesia, latar belakangnya sangat jelas, yakni agar Negara-negara penghutang mampu melunasi hutang-hutangnya atau bank Dunia harus menyelamatkan kekayaan dirinya dan mitra-mitra Negara pemodalnya.

Ditetapkan bahwa tujuan proyek administrasi Pertanahan(PAP) adalah proyek yang dijalankan oleh Pemerintah Indonesia yang bertujuan utama : meningkatkan pasar tanah (land market) yang wajar dan efisien dan mengentaskan konflik masyarakat atas tanah, melalui percepatan pelaksanaan pendaftaran tanah sebagai fase permulaan dari program pendaftaran tanah jangka panjang pemerintah Indonesia (Bagian A), dan perbaikan system kelembagaan administrasi pertanahan yang diperlukan untuk menunjang program pendaftaran tanah tersebut (bagian B). tujuan utama kedua proyek tersebut (Bagian C) adalah untuk menunjang upaya pemerintah Indonesia untuk mengembangkan kebijaksanaan pengelolaan pertanahan. Tujuan-tujuan yang berkaitan percepatan pendaftaran tanah ini adalah untuk menunjang pengentasan kemiskinan melalui jaminan hak pemakaian tanah yang ditingkatkan dan kesempatan agunan kepada pemilik tanah, serta untuk menyediakan insentif bagi investasi dan tata guna tanah yang berkelanjutan.

Selintas, tujuan Proyek Administrasi pertanahan (PAP) ini tampak akan menguntungkan rakyat Indonesia. Namun, dalam hal ini kita mesti membongkar secara sungguh-sungguh tujuan jangka panjang dari kepentingan Bank Dunia dalam mempromosikan pasar tanah ini. Apa yang sesungguhnya dikehendaki oleh Bank Dunia ? Bank Dunia menginginkan peran pemerintah sebagai penyedia tanah dikurangi otoritasnya. Bank dunia juga hendak menghapus seoptimal mungkin para calo pertanahan. Tentunya hal ini bagus selama ia memang ditujukan untuk kepentingan rakyat. Sayangnya tidak demikian, Bank Dunia lebih berpikir bagaimana membuat iklim investasi di Indonesia lebih nyaman bagi beroperasinya modal-modal besar, khususnya perusahaan-perusahaan multi/trans-nasional, dengan cara terciptanya mekanisme penyediaan tanah yang lebih efisien bagi kepentingan mereka.


Gerakan Tani persil IV Deli serdang (ojudbanget@yahoo.com)

Pemikiran Siti Jenar (Serat Babad Jaka Tingkir, Pupuh XIX: 17)

Jika begitulah memang keberadaan manusia
Bahagia meski tanpa sandang
Tak berduka meski tanpa pangan
Kalaulah dicela justru teramat suka

Pemikiran Siti Jenar (Serat Babad Jaka Tingkir, Pupuh XIX: 18)

Jika mendapatkan mara bencana serta segala musibah menimpa
Dia hanya tertawa
Karena hatinya tiada yang diminati dan tiada yang ditakuti

Sabtu, 07 November 2009

Banging Your Head Against A Brick Wall


E-book yang dapat memberikan inspirasi untuk mengotori tembok-tembok kotamu...Baik untuk para Bomber...Silahkan mencoba...

:)
Format PDF; Size 3.2 MB

Panduan Singkat Pembebasan Individual (Hasrat) Di Era Posmodern Untuk Setiap Henry Miller yang Salah Jalan

I. Majikan tanpa Budak

Perang Dunia Ketiga dan yang terakhir, berlangsung di seluk-beluk jiwa dan hati kita. Di satu sisi, Ia menjadi sebuah pertanyaan kepada keyakinan kita akan dunia serta berbagai keajaiban yang dapat kita lakukan di dalamnya: cinta dan impian kita terhadap kehidupan. Di sisi yang lain Ia berwujud ketakutan, ketidaknyamanan, dan inersia di dalam diri kita--yang di manfaatkan oleh korporasi dan pemerintah untuk memecah-belah masyarakat, mereduksi kompleksitas rumit dunia dan kehidupan dengan menyempitkannya menjadi perhitungan ekonomi. Apa yang dipertaruhkan oleh Perang ini, adalah pilihan antara pembebasan yang total dengan rutinitas dan isolasi. Kita diharapkan kalah dengan cara seperti ini: berperang dengan sesama demi memperebutkan secuil bagian dari dunia, daripada mengambilalih keseluruhannya demi kepentingan semuanya. Banyak yang terjebak--termasuk kita--ke dalam perangkap ini; aturan-aturan yang membuat kita saling berkompetisi, menghina, dan mencurigai satu sama lain.

Hasrat kekuasaan hirarkis, untuk menguasai yang lain, diciptakan dengan memutarbalikan hasrat yang ingin memiliki kontrol atas hidup. Di titik ini, di dunia yang sepenuhnya dipoles oleh budaya dan teknologi manusia, di mana tak ada lagi ruang-ruang yang tak terprivatisasikan, sangatlah lumrah kalau kita hanya bisa mempertahankan kehidupan individual kita melalui kerjasama. Takdir kita semua bersandar pada kemampuan kita mengatasi setiap ketidaknyamanan dan kepicikan diri kita masing-masing, juga bagaimana kita membangun sebuah cara berhubungan dengan sesama, agar dapat saling membantu satu sama lain, dan menjadi majikan tanpa budak: barulah dunia dapat kita rengkuh.

II. Untuk Diriku Sendiri

Dari semua yang telah diucapkan, Aku hanya ingin berkata: kamu diterima disini, tapi aku tak melakukan ini untukmu. Aku menjalani seumur hidupku memikirkan ‘kewajiban’ apa yang belum aku lakukan untuk dunia: apakah aku harus menolak keinginanku untuk melayani kepentinganmu, atau menolak kepentinganmu demi mengejar keinginanku. Kedua pilihan yang menjebak: Apabila aku menolakmu, aku akan kehilangan bagian dari diriku yang ada di dalam dirimu, dan apabila aku menyerahkan semuanya untukmu, aku tak memiliki apapun yang dapat ditawarkan kepadamu.

Pilihan-pilihan tersebut palsu, aku tak lagi mempercayainya. Sekarang aku melepasnya dan menyerahkan hidupku sepenuhnya untuk diriku sendiri, baru kemudian memberi diriku sepenuhnya kepada dunia. Karena hanya dengan menyadari siapa diriku, barulah aku dapat menjalani hidup sebagaimana mestinya, sehingga aku dapat memberi lebih pada dunia daripada sekedar moralitas amal kaum agamis dan borjuis liberal. Apa yang aku maksudkan, adalah kita berupaya memuaskan kebutuhan kita sendiri, dengan suatu cara di mana kebutuhan yang lainnya dapat terpuaskan juga, yakni dengan berjuang menghancurkan setiap kekuasaan yang berniat untuk mengeksploitasi dan menghancurkan sesama kita: alam dan mahkluk hidup. Mulai sekarang, aku melakukan semua ini untuk diriku sendiri, tanpa harus terilusi oleh kehormatan dan kewajiban. Seperti ucapan seorang penyair: 'Apa yang Aku cari di dalam diri orang lain adalah pemenuhan dari diriku yang tersembunyi di dalamnya. Karena itu, mereka yang sadar bahwa hidup mereka sangat bergantung kepada sesamanya, masih harus menemukan diri mereka sendiri dulu. jika tidak, mereka tidak akan menemukan apapun di dalam diri orang lain selain hanya negasi dari diri mereka sendiri.'

Jadi aku menulis ini untuk diriku sendiri. Bukan untuk menjual ide-ideku, atau mencoba mengamalkan waktuku untuk mencerahkan orang-orang, atau, bahkan lebih buruk, mencoba meninggikan statusku menjadi seorang intelektual—namun untuk sebuah latihan berekspresi, untuk kenikmatan bermain-main dengan bahasa, logika, dan puisi, untuk sebuah kesempatan menulis tentang dunia serta hidupku sendiri, di dalam bentuknya yang baru.

Tulisan ini mungkin saja akan memberimu pengalaman yang berbeda. Kata-kata, terkadang, bisa menggerakan emosi, memberimu sensasi yang bebas, bahkan menggerakan dirimu melakukan sesuatu. Atau, kebalikannya, kata-kata hanya akan membuatmu terpaku, lumpuh tak berdaya. Di situasi seperti ini, kamu adalah si pembaca yang membaca tulisanku, kamu hanyalah sekadar pembaca. Terlepas dari fakta, misalnya, ada sesuatu yang penting yang aku utarakan disini, ada poin-poin yang bisa menjelaskan beberapa hal, halaman-halaman dingin ini dapat menjadi sesuatu yang kosong, suatu konfirmasi dari ketidakberdayaanmu.

Aku menulis deklarasi ego ini untuk menantangmu, untuk terus memperjelas posisi, siapa disini yang mengambil manfaat dan siapa yang tidak—dan juga, untuk mengajakmu bergabung denganku, untuk kepentingan dirimu sendiri. Kamu tidak perlu menjadi seorang penulis, teoritisi atau seniman atau akivis, ataupun setiap peran yang menghalangi dirimu menjadi seseorang yang bebas. Kamu hanya perlu berjanji pada dirimu, untuk merengkuh dunia atau tidak sama sekali. Ada banyak jalan menuju kebebasan seperti ada banyak ragam orang di dalam dunia; untuk kepentingan setiap orang, temukanlah dirimu sendiri.

III. Untuk Kita Semua

Bagi mereka yang berada di dalam situasi seperti diriku, tantangan terbesarnya adalah bagaimana bertindak tidak acuh pada potensi orang lain. Kita hidup di dalam masyarakat—yang ekonominya timpang--di mana ke-diri-an dipandang sebagai sumberdaya yang terbatas: tak banyak yang bisa dibagi-bagi, karena semuanya dipusatkan kepada segelintir bintang rock dan selebritis--dengan cara yang sama kapital dimiliki oleh segelintir pemilik modal dan investor, yang mengambilnya dari hasil keringat setiap orang. Bentuk-bentuk ekspresi diri yang ada sekarang ini, adalah hambatan bagi aktualisasi diri setiap manusia: untuk membuat satu orang tampil di televisi, dibutuhkan ribuan orang duduk dirumahnya menonton, dan cara yang sama berlaku bagi permainan olahraga, penulis dan pembaca, pelaku scene dan pengagumnya, politisi dan pendukungnya, seniman dan patron-patronnya. Bahkan pemberontakan kita terstrukturisasi seperti ini: vokalis punk dan tokoh radikal berada diatas audiens, suara mereka disokong oleh amplifier dengan volume besar, kondisi yang membuat orang-orang menjadi penonton pasif.

Sekarang, kita harus menemukan suatu cara bersuara yang dapat memberi suara bagi yang lain, sebuah cara bertindak yang merangsang orang-orang untuk aktif, sebuah cara hidup yang memungkinkan kita untuk berbagi kehidupan dengan orang lain tanpa harus melepaskan kehidupan kita sendiri. Aku tidak akan pernah melepaskan kehendak untuk mengekspresikan diriku sendiri, atau kenikmatan yang aku reguk dengan melakukannya. Aku cukup sadar, bahwa dengan mengekspresikan diri, aku beresiko mereplikasi sistem yang memanfaatkan pemiskinan relasi antara individu; namun yang aku upayakan disini, adalah untuk menemukan suara yang mematikan, yang dapat menjadi sebuah wabah dashyat untuk menghancurkan setiap penyelubung kesadaran diri manusia serta setiap inersianya yang masih menghantui kita sampai sekarang.

Ingat, jangan pernah mencoba menakut-nakuti orang-orang agar mereka bertindak. Semua orang sudah cukup lelah dengan ketidakberdayaan, dengan segala kekasaran dunia yang barbar. Secara instingtif, semua orang tahu, bahwa ada yang tidak beres dengan dunia. Tak ada yang menyukainya, sekalipun status sosial dan pekerjaan mereka mencoba membuat mereka berpikir sebaliknya. Satu-satunya cara memotivasikan mereka adalah dengan menunjukan bahwa tindakan yang bebas masih mungkin. Keburukan dunia bukanlah sesuatu yang baru bagi mereka yang menonton berita, sekalipun berita tersebut tidak luput dari sensor; satu-satunya daya tarik untuk memotivasikan mereka adalah dengan menggiring keindahan ke permukaan.

Apabila kita berkeinginan untuk membuat orang-orang aktif, maka tugas kita adalah seperti ini: Untuk membuat dan menjalani sebuah keindahan yang baru, yang sepenuhnya berbeda dengan “kontes kecantikan” yang sering diselenggarakan oleh mereka yang bermentalitas budak—untuk mengusahakan keajaiban di tengah dunia yang tidak lagi percaya pada keajaiban dan kejutan—untuk menghidupkan yang mati, seperti ketika kita akan meruntuhkan setiap bangunan-bangunan kerajaan.

Apabila kita berhasil menciptakan satu keajaiban, maka darah kita akan menjadi barisan malaikat-malaikat tertinggi, yang hadir untuk memulihkan yang letih dan menyembuhkan mereka yang sengsara akibat maladi kematian—yang menghampas seperti angin sebelum badai datang memporak-porandakan pekuburan sunyi, merombak jalan-jalan, membebaskan setiap jiwa tersesat yang dilaluinya. Mari menemukan masa depan baru, dan menggemakannya melalui sebuah propaganda hasrat yang belum pernah diketahui oleh dunia ini. Siasat para praktisi periklanan tidak lagi mengilusi kita, dan mereka yang berada di sisi dunia lama, akan di lahap api.

Kami menyerahkan segalanya agar kami tidak berhutang pada siapapun, agar dunia menjadi milik kami. Engkau melahap semuanya sehingga semuanya habis, tiada sesisapun. Kau adalah kehampaan, yang melahap semuanya—lihat apa yang telah engkau lakukan kepada dunia.

Tapi kami adalah karma peradabanmu. Bagi kami, pencurian itu tidak pernah ada, adalah adil untuk mengambilalih apa yang menjadi miliki kita, dan setiap pelanggaran adalah pembebasan.

Bagi kalian yang menyimpan keluh kesah: kalian mungkin salah satu dari kami. Beritahu apa yang kalian rasakan. Tiada yang lebih tragis dan hampa, selain ketidakhadiran kalian ketika dunia harus kita rebut. Berciumanlah dengan setiap liur di dalam mulutmu, berjuang dengan jiwa di lengan dan darah di matamu.

Mulai sekarang, perdagangan akan sirna di dalam kehidupan, tak ada bisnis seperti biasa. Hancurkan dan sembuhkan. Sirna dan mengada. Terima dan beri. Hidup, lalu mati; melawanlah, maka kamu akan hidup.



Armed to the teeth and dressed to kill,

Vetuyara Krishna

e-mail: anarkrisna@yahoo.com
Source: TimKatalis

Aquarian Letter | Voice 6 | July 2009


Dengan tampilan baru dan lembar pertama (halaman awal dan akhir) bisa digunting dan ditempel untuk mengotori tembok-tembok kotamu.



Format PDF; Size 634 KB

Bunuh Munir!


Kertas kerja ini disusun oleh Edwin Partogi, Haris Azhar, Indria Fernida, Papang Hidayat dan Usman Hamid. Proses penulisan diawali oleh pembahasan draft awal tulisan yang dipersiapkan oleh Usman Hamid dalam rapat internal KontraS pada hari Rabu, 2 Februari 2005. Selanjutnya draft ini dikembangkan melalui pembagian kerja menulis beberapa orang pekerja KontraS.

Kertas kerja ini disusun dan dipublikasikan sebagai bahan bagi siapapun untuk terus mengingat peristiwa pembunuhan aktifis HAM Munir, menuntut pengungkapan dan pengungkapan pelaku, serta menolak terjadinya pembunuhan serupa di masa depan.

Isinya tidak terlalu panjang. Hanya cerita singkat dan dokumentasi seputar kematian Munir dan dinamikanya, mulai dari perhatian masyarakat dan para pejabat negara atas kematian Munir, hingga upaya untuk mengungkap tabir pembunuhannya.

Menjadi tugas kita semua untuk mengingatkan seluruh pemimpin negara ini agar pengungkapan kasus pembunuhan Munir menjadi indikator bahwa sejarah kita berubah. Orang tidak lagi boleh dihilangkan nyawanya atas alasan apapun, apalagi hanya karena pikiran dan sikapnya. Kita juga tidak boleh membiarkan ada orang yang merampas hak hidup orang lain tanpa merasa bersalah dan menyangkalnya sambil berlindung dibalik pengaruh politik dan materi. Kita tidak mungkin terus mengulangi sejarah kelam bila kita memang ingin berhasil membangun bangsa.

KontraS menyampaikan terima kasih kepada Robertus Robert atas sumbangan pikiran dan tulisan “dongeng kaum telengas”, kepada Asmara Nababan yang membaca dan memberi masukan, Kees de Ruiter, Michelle dan Ypie Boersma atas dukungan kampanye dan lobby parlemen di negeri Belanda, Matthew Easton di New York atas dukungan lobby dan kampanye internasional untuk kasus Munir. KontraS juga berterima kasih kepada dua orang pekerja Kontras Daud Bereuh dan Heryati yang banyak membantu penyediaan informasi dan bahan-bahan yang diperlukan bagi penulisan.

Selamat membaca dan semoga bermanfaat.
Format PDF; Size 2.5 MB

Minggu, 01 November 2009

Jurnal ANTHROPOST #1

Format PDF; Size 1.1 MB

Inskripsi dari Kuil Isis di Sais

Aku adalah ia yang memisahkan surga dari bumi. Aku telah menginstruksikan umat manusia dalam misteri. Aku telah menunjuk jalan mereka ke gugusan bintang. Aku telah menyusun matahari dan bulan. Aku adalah ratu dari sungai dan angin dan laut. Aku telah membawa bersama laki-laki dan perempuan. Aku memberi umat manusia hukum mereka dan menahbiskan apa yang tidak dapat diganti oleh siapa pun. Aku telah membuat keadilan lebih kuat daripada perak dan emas. Aku telah menyebabkan kebenaran untuk dipandang indah. Aku adalah Ia yang dipanggil dewi kaum perempuan.



Aku, Isis, adalah semua yang sudah terjadi, yang adanya sekarang, dan yang akan menjadi, tidak ada manusia hidup telah pernah menyingkapku. Buah yang aku bawa adalah matahari.

Serat Syekh Siti Jenar (Pupuh XIX : 19)

Tiada girang ketika mendapat rahmat
nikmat yang banyak sekali pun serta pujian
Tak hendak minta imbalan
Musibah, sakit, dan keberuntungan
semuanya sama
tak boleh menolak atau memilih

Get Your TAROT Reading