Selamat Datang! | Welcome!

DALAM WAKTU YANG SEMAKIN MENDESAK UNTUK TRANSFORMASI MIMPI, DIMANA RUANG-RUANG HIDUP SUDAH SEDIKIT TERSISA UNTUK KAMI MENGKREASIKAN MIMPI. DIMANA RUANG-RUANG HIDUP BUKAN LAGI BEBAS BERBICARA TENTANG MIMPI SETIAP INDIVIDU, BEBAS MEMILIH JALAN BUDAYA-PERADABAN UNTUK SETIAP KOMUNI, NAMUN SUDAH PENUH DENGAN MIMPI-MIMPI MASSAL DAN JALAN HIDUP BUDAYA-PERADABAN MASSAL DALAM BINGKAI PERBUDAKAN MANUSIA.

IDEOLOGI, PEMERINTAHAN, PASAR, KORPORASI, STRUKTUR HIDUP DALAM SEJARAH TERCIPTA MASIH BELUM MAMPU MEMBEBASKAN MANUSIA DI ATAS ALAM YANG NETRAL INI, MAKA UPAYA-UPAYA UNTUK MENCIPTAKAN RUANG-RUANG BEBAS DI ATAS ALAM INI ADALAH UPAYA PEMBEBASAN INDIVIDU MANUSIA.

INDIVIDU BUKANLAH APA YANG IA PAKAI, APA YANG IA KENDARAI, APA YANG IA PERCAYAI. INDIVIDU BUKANLAH SETIAP MASALAH-MASALAH YANG MELEKAT PADA DIRINYA, LABEL-LABEL YANG DIBERIKAN KELUARGA DAN LINGKUNGANNYA. INDIVIDU ADALAH ENERGI INDEPENDEN DALAM KETAKDEFINISIAN YANG MAMPU MEMBERIKAN API KEHIDUPAN KEPADA ALAM, DIMANA ENERGI TERSEBUT JUGA BERASAL DARI API KEHIDUPAN ALAM DAN INI DINAMAI DENGAN SPIRIT.

MAKA PEMBEBASAN SPIRIT AKAN MEMBEBASKAN DUNIA, ADALAH VITAL UNTUK MENGHANCURKAN RUANG-RUANG YANG MENDESAK. PERANG TERHADAP MANIPULASI INFORMASI, HARAPAN-HARAPAN PALSU, DAN SEGALA STRUKTUR YANG MELEMAHKAN INDIVIDU DAN MEMBANGUN KEMBALI RUANG-RUANG BEBAS DI ATAS KEHANCURANNYA SAMBIL MEMELIHARA DAN MENGEMBANGKAN RUANG-RUANG BEBAS YANG SUDAH TERCIPTA.

SUDAH SAATNYA BEBASKAN SPIRITMU MAKA KAMU MEMBEBASKAN DUNIAMU! ANGKAT BERPERANG KARENA INI ADALAH MEDAN PERTEMPURAN & PERTARUNGAN SPIRITUALITAS!


FREE SPIRIT-FREE WORLD
AQUARIAN
aquarian.free@gmail.com

Kunjungi Pustaka Online Aquarian

QUOTES FOR LIFE TRANSFORMATION

Senin, 28 Desember 2009

Balance Scorecard sebagai Pengukuran Kinerja Koperasi dan UKM, Apa Mungkin?

Pada bulan Oktober 2004 yang lalu, Assosiasi Psikologi Industri & Organisasi (APIO) menyelenggarakan suatu workshop tentang "Balanced Scorecard Sebagai Pengukuran Kinerja Perusahaan" dan penulis selaku salah satu anggota APIO ikut terlibat dalam acara tersebut. Antusias timbul karena topik tersebut merupakan hal yang baru dan dikandung maksud dapat dipertimbangkan kelak penerapannya bagi KUKM. Saat itu dan hingga kini diakui bahwa dunia usaha Indonesia memang diwarnai oleh perusahaan skala UKM, dan sudah barang tentu memerlukan upaya pemberdayaan sekaligus pengukuran kinerja dengan alat analisis yang berlaku umum/global, sehingga kelak UKM itu mampu berkumandang dalam tatanan internasional.



Format PDF; Size 150 KB

Jurnal Anthropost #2

Format PDF; Size 419 KB

Punk: Gaya hidup dan Ideologi

Psikolog brilian asal Rusia, Pavel Semenov, menyimpulkan bahwa manusia memuaskan kelaparannya akan pengetahuan dengan dua cara. Pertama, melakukan penelitian terhadap lingkungannya dan mengatur hasil penelitian tersebut secara rasional (sains). Kedua, mengatur ulang lingkungan terdekatnya dengan tujuan membuat sesuatu yang baru (seni).

Dengan definisi di atas, punk dapat dikategorikan sebagai bagian dari dunia kesenian. Gaya hidup dan pola pikir para pendahulu punk mirip mirip dengan para pendahulu gerakan seni avant-garde, yaitu dandanan "nyeleneh", mengaburkan batas antara idealisme seni dan kenyataan hidup, memprovokasi audiens secara terang-terangan, menggunakan para penampil (performer) berkualitas rendah dan mereorganisasi (atau mendisorganisasi) secara drastis kemapanan gaya hidup. Para penganut kedua aliran tersebut juga meyakini satu hal, bahwa hebohnya penampilan (appearances) harus disertai dengan hebohnya pemikiran (ideas).

Punk selanjutnya berkembang sebagai buah kekecewaan musisi rock kelas bawah terhadap industri musik yang saat itu didominasi musisi rock mapan, seperti The Beatles, Rolling Stone, dan Elvis Presley. Musisi punk tidak memainkan nada-nada rock teknik tinggi atau lagu cinta yang menyayat hati. Sebaliknya, lagu-lagu punk lebih mirip teriakan protes demonstran terhadap kejamnya dunia. Lirik lagu-lagu punk menceritakan rasa frustasi, kemarahan, dan kejenuhan berkompromi dengan hukum jalanan, pendidikan rendah, kerja kasar, pengangguran serta represi aparat, pemerintah dan figur penguasa terhadap rakyat.

Akibatnya punk dicap sebagai musik rock n' roll aliran kiri, sehingga sering tidak mendapat kesempatan untuk tampil di acara televisi. Perusahaan-perusahaan rekaman pun enggan mengorbitkan mereka.

Gaya hidup ialah relatif tidak ada seorang pun memiliki gaya hidup sama dengan lainnya. Ideologi diambil dari kata "ideas" dan "logos" yang berarti buah pikiran murni dalam kehidupan. Gaya hidup dan ideologi berkembang sesuai dengan tempat, waktu dan situasi maka punk pada saat ini mulai mengembangkan proyek "jor-joran" yaitu memanfaatkan media sebelum media memanfaatkannya. Dengan kata lain, punk berusaha membebaskan sesuatu yang membelenggu pada zamannya masing-masing.[]

Sabtu, 26 Desember 2009

Piagam Muslim Anarkis (Moeslem Anarchist Charter)

Piagam Muslim Anarkis menyatakan bahwa:
  • Tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad (saw) adalah Nabi dan utusanNya;
  • Tujuan dari hidup untuk membangun sebuah hubungan kasih yang damai dengan Yang Maha Esa melalui pemahaman untuk bertindak sesuai tanda-tandaNya (ayat-ayatNya) baik itu di dalam wahyu, ciptaan, dan di dalam pikiran dan hati manusia;
  • Demi tujuan itu maka dibutuhkan sebuah keseluruhan komitmen hati untuk mempelajarinya dalam bentuk apa pun (termasuk pembelajaran melalui pengalaman sadar), tidak seperti pembelajaran yang dilaksanakan secara otomatis (tanpa otak) untuk hormat kepada institusi pemerintahan, akademis, kultural, sosial, korporasi atau politikal.
  • Demi tujuan itu maka dibutuhkan keaktifan pencarian akan keadilan dan penemuan transformasi diri di atas prinsip kesinambungan, dengan cita-cita membangun komunitas-komunitas dan masyarakat-masyarakat dimana evolusi perdamaian kultural tidak lagi dihalangi oleh kekuasaan, keserakahan atau pun pengabaian.
  • Demi tujuan itu maka dibutuhkan afinitas dengan seluruh orang yang mendefinisikan dirinya hidup dalam kultur Judeo-Kristen-Islam awal yang saling mengakui dan memahami persamaan dan perbedaan, dan ketidaksetujuan hanya akan melahirkan diskusi tanpa melakukan penghinaan adalah lebih baik daripada perpecahan dan sindiran.

Piagam Muslim Anarkis menolak secara absolut:
  • Segala bentuk kekejaman dan kekerasan paksa yang dilakukan secara politis;
  • Segala bentuk rasisme dan prasangka, termasuk Islamofobia, homofobia dan neurelitisme.

Amandemen 18/07/09
* * *

The Muslim Anarchist Charter asserts that:
  • There is no god but God and Muhammad (aws) is God’s prophet and messenger;
  • The purpose of life is to establish a loving relationship with The One through a hermeneutic engagement with God’s signs (ayat) in revelation, creation, and in the human mind and heart;
  • Such a purpose requires a wholehearted commitment to learning in all its forms (including experiential learning) where such learning is carried out reflexively with respect to institutional governance, be it academic, cultural, judicial, religious, social, corporate or political;
  • Such a purpose requires the active pursuit of justice and self-transformation founded on the principle of habitus/malaka, with the aim of establishing communities and societies where peaceful cultural evolution is uninhibited by power, greed, or ignorance;
  • Such a purpose requires an affinity with all peoples who define themselves as living within cultures of Judeo-Christian-Islamic origin in which both commonalities and differences are acknowledged and understood, and disagreement engenders debate rather than division and satire but never mockery.

The Muslim Anarchist Charter rejects absolutely:
  • All forms of violence and political coercion;
  • All forms of racism and prejudice, including Islamophobia, homophobia and neurelitism.

Amended 18/07/09


Punk

Punk merupakan subkultur yang lahir di London, inggris. Pada awalnya, kelompok punk selalu dikacaukan oleh golongan skinhead. Namun, sejak tahun 1980an, saat punk merajalela di Amerika, golongan punk dan skinhead seolah-olah menyatu, karena mempunyai semangat yang sama. Namun, punk juga dapat berarti jenis musik atau genre yang lahir di awal tahun 1970an. Punk juga bisa berarti ideologi hidup yang mencakup aspek sosial dan politik.

Gerakan anak muda yang diawali oleh anak-anak kelas pekerja ini dengan segera merambah Amerika yang mengalami masalah ekonomi dan keuangan yang dipicu oleh kemerosotan moral oleh para tokoh politik yang memicu tingkat pengangguran dan krimnalitas yang tinggi. Punk berusaha menyindir para penguasa dengan caranya sendiri, melalui lagu-lagu dengan musik dan lirik yang sederhana namun terkadang kasar, beat yang cepat dan menghentak.

Banyak yang menyalahartikan punk sebagai "glue sniffer" dan perusuh karena di Inggris pernah terjadi wabah penggunaan lem berbau tajam untuk mengganti bir yang tak terbeli oleh mereka. Banayk pula yang merusak citra punk karena banyak dari mereka yang berkeliaran di jalanan dan melakukan berbagai tindakan kriminal.

Punk lebih terkenal dari hal "fashion" yang dikenakan dan tingkah laku yang mereka perlihatkan, seperti potongan rambut "mohawk" ala suku Indian, atau dipotong ala "feathercut" dan diwarnai dengan warna-warna yang terang, sepatu boots, rantai dan spike, jaket kulit, celana jeans ketat dan baju yang lusuh, anti kemapanan, anti sosial, kaum perusuh dan kriminal dari kelas rendah, pemabuk berbahaya sehingga banyak yang mengira bahwa orang yang bernampilan seperti itu sudah layak untuk disebut punker.

Punk juga merupakan sebuah gerakan perlawanan anak muda yang berlandaskan dari keyakinan "we can do it ourselves". Penilaian punk dalam melihat suatu masalah dapat dilihat melalui lirik-lirik lagunya yang bercerita tentang masalah politik, lingkungan hidup, ekonomi, ideologi, sosial dan bahkan agama.

Selasa, 22 Desember 2009

Babad Tanah Jawi: Asal-Muasal Tanah Jawa


Inilah babad para raja di tanah Jawa, mulai dari Nabi Adam, berputra Esis, Esis berputra Nurcahya, Nurcahya berputra Nurasa. Nurasa berputra Sanghyang Wening. Sanghyang Wening berputra Sanghyang Tunggal. Sanghyang Tunggal berputra Batara Guru. Batara Guru berputra lima bernama Batar Sambo, Batara Brama, Batara Maha-Dewa, Batara Wisnu, Dewi Sri. Batara Wisnu menjadi raja di pulau Jawa bergelar Prabu Set. Kerajaan Batara Guru ada di Sura-Laya.

Batara Guru itu punya "simpanan" putri cantik di negera Mendang. Niatnya putri tadi mau diangkat ke surga serta mau dijadikan permaisurinya. Tatkala Batar Wisnu sedang berkelanaia tertarik melihat putri Mendang tadi. Tidak tahu bahwa putri tersebut sudah jadi simpanan ayahnya, lalu diperistri. Hal itu membuat marah Batara Guru. Sanghyang Narada lalu diperintahkan untuk menyampaikan murkanya, serta mengambil alih kerajaannya. Batara Wisnu lalu pergi dari negerinya, bertapa di tengah hutan, di bawah pohon beringin berjajar tujuh batang. Istrinya, putri dari Mendang itu pun ditinggalkannya.[]

Serat Syekh Siti Jenar, Pupuh III:22


"Sesungguhnya saya ini orang mati. Setiap hari kematian saya berkurang. Berapa lamakah kiranya saya mati di dunia ini, masih lama lagi hidup saya nanti. Saya tentu kembali hidup. Mati kaya akan dosa dan siksa neraka banyak saya alami di dunia. Sebaliknya, kalau besok apabila saya hidup, tiada terhitung kebahagiaan yang saya rasakan, langgeng untuk selama-lamanya."


(SSSJ, Pupuh III:22)

Serat Syekh Siti Jenar, Pupuh II:7


Orang hidup tiada merasakan ajal, orang berbuat baik tiada merasakan berbuat buruk dan berjiwa luhur tiada bertempat tinggal.

Sabtu, 12 Desember 2009

Greek Riots - 6/12/2009

EFEKTIVITAS KINERJA OPERASIONAL BANK SYARIAH (Studi pada Bank Muamalat Indonesia)


TEGUH TRIATMOKO
(03203-156)

(xvii + 85 halaman; 6 Tabel, 6 Gambar, 6 Lampiran)

Pertumbuhan ekonomi syariah dalam satu dasawarsa terakhir berkembang sangat pesat di Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan bertambahnya jumlah lembaga keuangan syariah, baik perbankan, asuransi, hotel, lembaga keuangan mikro syariah, perusahaan pembiayaan, ritel hingga network marketing. Fenomena itu menjadi latar belakang penelitian ini untuk menganalisa efektivitas kinerja operasional dari bisnis syariah dan lembaga bank syariah (Bank Muamalat Indonesia) dipilih untuk dijadikan obyek penelitian karena terbukti telah mampu bertahan melewati badai krisis moneter 1997 karena beberapa prinsip yang berbeda dalam praktek bisnisnya.
Untuk mendapatkan gambaran mengenai efektivitas kinerja operasional Bank Muamalat, maka penelitian ini mengambil sampel kinerja dari kurun waktu 2005-2008. Kemudian penelitian ini memilih definisi operasional variabel berupa rasio BOPO, dana pihak ketiga dan pembiayaan.

Metode analisa yang dipakai dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif untuk analisa perubahan data-data angka dengan menggunakan gambar dan tabel, serta metode deskriptif kualitatif untuk menjelaskan hal-hal dibalik hasil analisa kuantitatif.

Secara keseluruhan berdasarkan variabel-variabel yang telah dikemukakan untuk dianalisa demi mendapat gambaran efektivitas kinerja operasional Bank Muamalat, maka kinerja operasional Bank Muamalat dapat dinilai cukup efektif dan dapat menjaga konsistensi efektivitas kinerja operasionalnya dari tahun 2005- 2008. Walapun dinilai cukup efektif, penulis tetap memberikan beberapa saran untuk diperhatikan oleh Bank Muamalat agar dapat terus membuat peningkatan kinerja yang signifikan di kemudian hari.
Kata Kunci: Kinerja Operasional, Bank Syariah, dan Analisa Deskriptif.

Format PDF; Size 10.6 MB

Aquarian Letter | Voice 8 | September 2009


DOWNLOAD HERE!
Format PDF; Size 1.7 MB

Rabu, 09 Desember 2009

9/12 dst...dst.....

KORUPSI itu adalah PENYALAHGUNAAN WEWENANG

yaitu:

  • Para polisi yang lebih memilih menembaki rakyat demi berlangsungnya roda bisnis!
  • Para penguasa dan pengusaha yang lebih memilih menggusur rumah daripada membangun rumah!
  • Perusahaan-perusahaan, hypermarket, mini market dan segala pasar yang lebih memilih membuang makanan daripada membagikannya kepada yang membutuhkan!
  • Para intelijen yang lebih memilih menggunakan otaknya untuk menjerat rakyat agar tetap selalu taat daripada menggunakannya untuk mencerahkan rakyat!
  • Manusia-manusia yang lebih memilih patuh daripada menggunakan kehendak bebasnya untuk memerdekakan dirinya sendiri!
Dan yang terpenting kamu dapat melakukan sesuatu untuk merubahnya hari ini, karena hari esok hanyalah sebuah ilusi!

Kamis, 03 Desember 2009

Patriotisme: Ancaman bagi Kebebasan

Emma Goldman (1869-1940)



Apakah patriotisme itu? Apakah cinta dengan tempat lahir seseorang, tempat seseorang mengenang masa kecil , mimpi dan aspirasinya? Dengan sebuah tempat, dimana kita dengan jiwa kekanak-kanakan memandang awan yang bergerak dan bertanya mengapa kita tak dapat bergerak secepat awan itu? Dengan tempat dimana kita melihat bintang-bintang betebaran di langit? Dengan tempat dimana kita mendengar kicauan burung dan berangan-angan ingin bisa terbang seperti burung ke tempat nun jauh? Atau, apakah cinta dengan tempat kita dipangku ibu mendengar dongeng-dongengnya? Singkatnya, apakah patriotisme itu adalah cinta dengan setiap jengkal tempat dimana kita dibesarkan dan bermain, dimana kita dapat mengenang masa kecil yang penuh dengan kegembiraan?

Kalau itu adalah patriotisme, hanya sedikit orang Amerika yang bisa menjadi patriotik, karena tempat bermainnya sudah dibangun menjadi pabrik-pabrik dan dengungan mesin telah menggantikan musik (kicauan) burung.

Kalau begitu, apakah patriotisme itu? Leo Tolstoy, anti patriotisme terbesar zaman ini, mendefinisikan patriotisme sebagai suatu prinsip yang membenarkan pelatihan pembunuh; suatu usaha yang memerlukan peralatan yang lebih canggih untuk membunuh manusia daripada untuk membuat keperluan manusia, misalnya, sepatu, pakaian dan rumah; usaha yang dapat membawa kebesaran dan sukses, lebih daripada usaha-usaha lain.

Gustava Herve, juga seorang anti patriot yang besar, mengartikan patriotisme dengan tepat. Menurutnya, patriotisme adalah takhyul yang lebih bahaya dan brutal daripada agama. Takhyul agama berasal dari ketidakmampuan manusia untuk menjelaskan fenomena alami. Misalnya, ketika seorang manusia primitif mendengar geledek dan melihat kilat, dia tidak dapat menjelaskan kejadian itu dan menganggap bahwa ada kekuatan yang lebih besar darinya. Dia juga akan menganggap semua fenomena lain, seperti hujan sebagai fenomena gaib. Lain dengan patriotisme yang merupakan takhyul yang diciptakan dan dipertahankan secara artifisial, melalui jaringan penipuan dan kebohongan, takhyul yang merebut kehormatan seseorang dan membuatnya sombong.

Memang, egoisme dan kesombongan adalah sifat-sifat yang harus dimiliki seorang patriot. Saya akan coba menjelaskan pernyataan di atas. Paham patriotisme menganggap bahwa dunia ini terpecah menjadi bagian-bagian kecil, setiap bagian dikelilingi pintu besi. Mereka yang beruntung (kebetulan) lahir dalam sebuah bagian tersebut, akan menganggap diri mereka lebih tinggi derajatnya, lebih pandai dan lebih segala-galanya (dibandingkan dengan manusia di luar pintu besinya). Jadi merupakan tugas bagi setiap orang yang lahir di bagian yang 'terpilih' itu untuk berperang, membunuh dan mati untuk membuktikan 'kebenaran dan kelebihannya' kepada orang lain di luar pintu besinya.

Mereka yang tinggal di bagian-bagian lain, akan mempunyai jalan pikir yang sama. Sudah pasti demikian, karena sejak masih kanak-kanak pikiran mereka sudah diracuni dengan cerita-cerita yang penuh prasangka (untuk menimbulkan kebencian) terhadap orang-orang asing. Ketika anak-anak itu sudah menjadi dewasa, pikirannya sudah dipenuhi dengan kepercayaan bahwa dia adalah yang 'terpilih' oleh Tuhan untuk membela negaranya dari serangan orang-orang asing. Untuk memenuhi maksud tersebut, kita di Amerika, mempersiapkan angkatan bersenjata, amunisi dan kapal perang yang semakin megah dan yang jumlahnya semakin banyak.

Untuk memenuhi maksud patriotisme, baru-baru ini, Amerika mengeluarkan empat ratus juta dolar dalam waktu yang singkat. Cobalah kita pikirkan, $ 400 juta yang diambil dari hasil keringat warga negara (mereka yang membayar pajak). Sudah pasti, bukanlah orang-orang kaya yang menunjang patriotisme. Mereka (orang-orang kaya) adalah manusia kosmopolitan, merasa ‘di rumah’ di setiap negara. Kita di Amerika, tahu mengenai fakta ini dengan jelas sekali; bukankah, orang kaya Amerika, menjadi orang Perancis di Perancis, orang Jerman di Jerman, atau orang Inggris di Inggris. Tetapi patriotisme itu bukanlah untuk mereka yang berkuasa dan yang kaya. Patriotisme, seperti agama, cukup diterapkan bagi orang awam. Kita diingatkan kepada Frederick the Great, kawan dekat Voltaire, yang berkata “agama adalah penipuan (yang terorganisir), tetapi harus dipertahankan untuk orang awam.”

Patriotisme adalah sebuah institusi yang mahal, tidak ada orang yang menyangkalnya setelah meneliti statistik di bawah ini. Kenaikan perbelanjaan militer (darat dan udara) yang besar mengejutkan setiap pelajar ekonomi yang kritis. Dari tahun 1881 sampai 1905, perbelanjaan militer Inggris naik dari $ 2.101.848.936 ke $ 4.143.226.885; bagi Perancis, dari $ 3.324.500.000 ke $ 3.455.109.900; bagi Jerman, dari $ 725.000.200 ke $ 2.700.375.600; bagi Rusia, dari $ 1.900.975.500 ke $ 5.250.445.100; bagi Amerika, dari $ 1.275.500.750 ke $ 2.650.900.450; bagi Italia, dari $ 1.600.975.750 ke $ 1.755.500.100; bagi Jepang, dari $ 182.900.500 ke $ 700.925.475.

Dalam periode 1881-1905 kenaikan dalam pengeluaran untuk angkatan bersenjata Inggris naik empat kali lipat; Amerika tiga kali lipat; Rusia, dua kali lipat; Jerman 35%, Perancis 15%; dan bagi Jepang hampir 500%.

Secara proporsi, pengeluaran militer (darat dan udara) negara-negara tersebut dari total pengeluaran negara, juga naik (untuk periode 1881-1905). Di Inggris dari dari 20% ke 37%, di Amerika dari 15% ke 23%, di Perancis dari 16% ke 18%, di Italia dari 12% ke 15%, di Jepang dari 12% ke 14%. Tetapi, di Jerman, pengeluaran untuk militer menurun dari 58% ke 25%; penurunan ini terjadi karena kenaikan dalam pengeluaran untuk hal-hal yang lain yang luar biasa besar jumlahnya.

Pembelanjaan untuk angkatan laut juga sama luar biasa besarnya. Dalam periode yang sama, kenaikan dalam pengeluaran marinir adalah sebagai berikut: Inggris, 300%, Perancis 60%, Jerman 600%, Amerika 525%, Rusia 300%, Italia 250%, Jepang 700%.

Dalam periode 1881-1885, pengeluaran untuk angkatan laut Amerika adalah $ 6,20 untuk setiap $ 100 pengeluaran negara; jumlah ini naik menjadi $ 6,60 dalam lima tahun berikutnya, menjadi $ 8,10 pada lima tahun berikutnya dan akhirnya, $ 16,10 untuk periode 1901-1905. Kita bisa pasti, berdasarkan statistik yang ada, bahwa pengeluaran tersebut akan terus naik di tahun-tahun berikutnya.

Kenaikan anggaran perbelanjaan militer dapat kita ilustrasikan lebih jauh dengan menghitung perbelanjaan tersebut sebagai pajak per kapita. Dari (lima tahun) periode pertama (1801-1805) sampai periode kelima (1901-1905), perbandingan pengeluaran militer sebagai pajak per kapita dapat kita lihat: di Inggris dari $ 18,47 ke $ 52,50; di Perancis dari $ 19,66 ke $ 23,62; di Jerman dari $ 10,17 ke $ 15,51, di Amerika dari $ 5,62 ke $ 13,64; di Rusia dari $ 6,14 ke $ 8,37; di Italia dari $ 9,59 ke $ 11,24; di Jepang dari $ 0,86 ke $ 3,11.

Penghamburan yang luar biasa yang dibutuhkan patriotisme, merupakan alasan yang cukup untuk menyembuhkan orang yang mempunyai kepandaian rata-rata dari penyakit tersebut.

Orang-orang awam digalakkan untuk menjadi patriotik, dan untuk kemewahan tersebut mereka harus bersedia untuk membantu pembela-pembela negara dan kadang mengorbankan anak mereka. Patriotisme membutuhkan kesetiaan seseorang terhadap bendera, yang artinya kesediaan untuk membunuh ibu, bapak dan sanak saudara.

Alasan pro-militerisme yang sering kita dengar adalah “kita membutuhkan angkatan bersenjata untuk menjaga negara kita dari serangan orang asing.” Setiap orang yang pandai tentunya tahu bahwa alasan tersebut hanya dipakai untuk menakut-nakuti dan memaksa mereka yang jahil. Pemerintah negara-negara di dunia mengetahui keinginan masing-masing dan tidak akan secara sembarang menyerang satu sama lain. Mereka tahu bahwa keinginan mereka bisa dicapai dengan lebih efektif dengan diplomasi. Bahkan, menurut Carlyle, “perang adalah pergaduhan antara dua orang pencuri yang terlalu takut untuk berperang sendiri; jadi mereka merekrut orang-orang, memberikan mereka seragam dan senjata, dan membiarkan mereka lepas seperti binatang liar membunuh satu sama lain.

Setiap perang yang dikaji, pasti mempunyai sebab yang sama. Misalnya perang Spanyol-Amerika, yang dikatakan sebagai perang yang hebat dan penuh nilai patriotik dalam sejarah Amerika. Bagaimana perasaan kita dipenuhi dengan kemarahan terhadap orang Spanyol yang kejam! Betul, bahwa kemarahan kita tidak bangkit secara spontan. Perasaan itu dibangkitkan dengan agitasi koran-koran selama berbulan-bulan.

Tetapi setelah perang usai dan yang gugur telah dikubur; akibat perang itu dirasakan oleh orang awam, dalam bentuk kenaikan harga barang-barang dan harga sewa rumah. Setelah kita sadar dari buaian patriotisme, tiba-tiba kita tahu bahwa sebab perang Spanyol-Amerika adalah karena harga gula; atau secara lebih kasar, nyawa, darah dan uang orang Amerika telah dipakai untuk menjaga interst kapitalis Amerika dalam perdagangan gula. Pernyataan di atas tidaklah dilebih-lebihkan, tetapi berdasarkan fakta dan angka.

Penggunaan kekerasan seperti yang disebutkan di atas juga bukan insiden yang langka, contohnya adalah kebijakan pemerintah Amerika terhadap buruh-buruh di Kuba. Ketika Kuba masih dikuasai Amerika, pasukan yang sama yang membebaskan Kuba, diperintahkan untuk menembak buruh tembakau Kuba yang sedang mogok kerja.

Bukanlah hanya kita (di Amerika) yang melakukan perang untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Penyebab perang Rusia-Jepang yang brutal telah diumumkan oleh menteri perang Rusia, Kuropatkin. Kaisar Rusia dan kerabatnya baru berinvestasi dalam usaha pembuatan peralatan perang, dan maksud perang tersebut adalah untuk membuka pasar bagi peralatan perang tersebut.

Alasan bahwa kekuatan militer yang besar adalah jaminan untuk menjaga perdamaian sama logikanya dengan pernyataan bahwa individu yang merasa damai adalah dia yang menjaga dirinya dengan persenjataan yang berat. Pengalaman membuktikan bahwa individu yang bersenjata mempunyai tendensi untuk memaerkan ‘kekuatannya’. Begitu juga halnya dengan pemerintah. Negara yang benar-benar ingin perdamaian tidak akan membuang waktu dan tenaga untuk persiapan perang; inilah perdamaian abadi. Tetapi keinginan untuk memperbesar kekuatan militer bukanlah karena ancaman dari luar. Ancaman datang dari dalam negeri; ketidakpuasan massa dan buruh atas pemerintah. Angkatan bersenjata dipersiapkan unutk menangani musuh-musuh internal tersebut; musuh yang kalau telah kesadarannya bangkit, akan jauh lebih berbahaya daripada kekuatan asing mana pun.

Institusi negara adalah kekuatan yang telah beratus-ratus tahun memperbudak massa melalui penguasaan psikologi massa. Aparatus negara tahu bahwa sebagian besar massa adalah ‘anak kecil’ yang bisa dibujuk dengan mainan. Dan kalau mainan ini semakin berwarna-warni, mereka akan semakin suka.

Angkatan bersenjata sebuah negara merupakan ‘mainan’ tersebut. Untuk membuat ‘mainan’ itu lebih menarik, ratusan ribu dolar telah dipakai untuk ‘menghiasinya’. Contoh: pemerintah Amerika mengirim satu konvoi angkatan laut ke Pasifik supaya setiap warga negara Amerika merasa bangga dengan negaranya itu. Kota San Fransisco menghabiskan seratus ribu dolar untuk menyambut konvoi tersebut; Los Angeles enam puluh ribu; Seattle dan Tacoma sekitar seratus ribu. Untuk menyambut konvoi tersebut?? Untuk makan dan minum prajurit-prajurit pangkat atas, sedangkan prajurit-prajurit (bawahan) lainnya harus melakukan unjuk rasa untuk sekedar makan yang cukup. Ya, dua ratus enam puluh ribu dihabiskan untuk petasan, pesta dan foya-foya, pada waktu kaum perempuan dan kanak-kanak sedang mengalami kelaparan di seluruh negara; ketika ribuan penganggur bersedia untuk menjual tenaga mereka semurah-murahnya.

Dua ratus enam puluh ribu dolar! Apa yang tidak bisa dibeli dengan uang sebanyak itu? Tetapi, bukan untuk roti dan rumah; anak-anak kota tersebut diajak untuk melihat pesta penyambutan angkatan laut tersebut, supaya mereka ingat dijatuhkan dari pesawat terbang ke target masyarakat. Kita merasa bangga mengetahui bahwa Amerika akan menjadi negara terkuat di dunia, dan kemudian akan menanamkan kaki besinya di leher negara-negara lain. Itu semua adalah logika patriotisme.

Tetapi, segala dampak buruk patriotisme terhadap masyarakat awam tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan penghinaan dan luka yang dirasakan mereka yang bekerja di militer. Mereka adalah korban kejahilan dan takhyul yang patut dikasihani. Dia, pembela dan penjaga negara, apakah yang dapat diberikan patriotisme terhadap seorang prajurit? Sehari-harinya mereka harus selalu tunduk. Kehidupan mereka penuh dengan kebiasaan buruk (vice), bahaya dan kematian. Ketika saya sedang dalam tur memberikan kuliah di San Fransisco, saya mengunjungi sebuah tempat yang paling indah. Dari sana kita dapat melihat The Bay dan Golden Gate Park. Tempat itu semestinya digunakan untuk sebuah taman bermain untuk anak-anak dan untuk pertunjukan musik. Tetapi, di tempat itu dibangun barak militer yang jelek.

Di barak yang menyedihkan itu, prajurit-prajurit diangon seperti binatang. Di situ mereka membuang waktu mengelap sepatu lars dan lencana mereka untuk diperlihatkan kepada pemimpin mereka. Kehidupan bagi prajurit seringkali tidak mempersiapkannya untuk hidup kembali secara normal dalam masyarakat. Kebanyakan dari mereka tidak mempunyai keterampilan yang dibutuhkan dalam kehidupan bermasyarakat. Bagi mereka yang mempunyai keterampilan, kadang mereka tidak bisa beradaptasi dengan kehidupan normal, dan keterampilannya tersebut tidak dapat sepenuhnya dimanfaatkan. Mereka terbiasa dengan kehidupan yang idle (pasif) dan penuh dengan petualangan (adventure). Tidak ada pekerjaan normal yang bisa memuaskan diri mereka. Pendek kata, mereka tidak lagi dapat melakukan pekerjaan yang bermanfaat bagi masyarakat.

Tetapi biasanya yang masuk barak itu adalah eks tahanan; karena mereka susah mencari penghidupan atau memang karena mentalitas mereka sesuai dengan kehidupan militer. Sesudah kontrak militer selesai, biasanya mereka akan kembali kepada kehidupan kriminal, lebih zalim dari sebelumnya. Di Amerika memang lumayan banyak eks serdadu yang meringkuk di penjara; dan angkatan bersenjata juga dipenuhi eks tahanan.

Dari semua akibat patriotisme yang telah saya jelaskan, yang paling merusakan adalah pelecehan harga diri seseorang seperti yang diderita oleh serdadu William Buwalda. Karena dia dengan bodohnya percaya bahwa dia bisa menjadi seorang tentara dan juga dapat menerima hak penuhnya sebagai manusia, otoritas militer telah memberikan hukuman berat baginya.

Memang betul bahwa dia bertugas untuk negara selama lima belas tahun, dan dalam waktu itu, arsipnya bersih dan sempurna. Menurut Jendral Funston yang meringankan hukumannya menjadi tiga tahun penjara, “tugas seorang serdadu adalah kesetiaan yang tidak dapat dipertanyakan kepada pemerintah, meskipun dia tidak setuju dengan pemerintah tersebut.” Funston telah menjelaskan arti kesetiaan. Menurutnya, jika seseorang masuk militer, dia secara otomatis menolak Deklarasi Kemerdekaan (bagi dirinya).

Memang suatu perkembangan yang aneh, patriotisme membuat seorang makhluk yang berpikir menjadi mesin yang terprogram. Untuk membenarkan hukuman yang dijatuhkannya kepada Buwalda, Funston memberi tahu orang Amerika bahwa tindakan serdadu itu adalah “tindakan kriminal yang serius yang sama beratnya dengan pengkhianatan.” Apakah tindakan tersebut? William Buwalda adalah salah satu dari seribu lima ratus orang yang menghadiri sebuah pertemuan di San Fransisco, dan dia berjabat tangan dengan orator Emma Goldman.

Buwalda telah memberikan hidup dan kejantanannya bagi negaranya. Tetapi semua itu tidak ada artinya. Patriotisme, seperti monster yang tak pernah kenyang, menghendaki semuanya. Patriotisme tidak mengakui bahwa seorang serdadu itu juga adalah seorang manusia, yang mempunyai perasaan dan opininya sendiri, kesukaan dan pahamnya. Tidak, patriotisme tidak dapat mengakui hal itu. Hal itu adalah pengalaman yang harus dipelajari oleh Buwalda; pelajaran yang mahal. Kalau dia sudah dibebaskan, dia akan kehilangan kerjanya di militer tetapi dia akan memperoleh kembali harga dirinya. Setelah usai, kebebasan itu memang berharga ‘tiga tahun penjara’.

Seorang penulis mengenai kondisi militer Amerika, dalam sebuah artikel baru-baru ini, memberikan komentar tentang kekuasaan yang dipunyai seorang pimpinan militer atas masyarakat sipil di Jerman. Penulis itu berkata bahwa Republik kita (Amerika) tidak mempunyai arti lain, tetapi hanya untuk menjamin hak yang sama bagi semua orang; dan itu membenarkan keberadaannya.

Saya yakin bahwa penulis itu tidak berada di Colorado semasa regim patriotik Jenderal Bell. Dia mungkin akan menukar pikirannya, kalau dia menyaksikan bagaimana orang-orang dilempar ke dalam kandang kerbau, disiksa dan diperlakukan dengan tindakan-tindakan merendahkan; semuanya dilakukan dalam nama patriotisme dan republik (Amerika). Kejadian di Colorado hanyalah sebuah contoh bukti perkembangan militer di Amerika. Jika ada pemogokan, jarang sekali tentara dan anggota militia tidak dikerahkan untuk melindungi mereka yang berkuasa; dan jarang sekali mereka tidak bertindak brutal dan sombong seperti orang-orang yang memakai seragam Kaiser.

Suatu kemalangan bagi penulis-penulis di negara ini adalah mereka sama sekali tidak tahu mengenai hal-hal yang baru terjadi. (current affairs) atau mereka tidak mempunyai kejujuran untuk memberitakan apa yang terjadi. Penulis kita itu menyatakan bahwa militer tidak akan menjadi kekuatan di Amerika seperti di luar negeri, karena pendaftaran militer adalah sukarela, bukannya keharusan seperti di negara-negara lain. Tetapi penulis ini lupa mempertimbangkan dua fakta yang sangat penting. Pertama, wajib militer di Eropa telah menimbulkan kebencian terhadap militer oleh seluruh kelas-kelas masyarakat. Beribu-ribu rekrut baru mendaftar dengan terpaksa, dan setelah mereka berada di barak, mereka akan berusaha sekuat tenaga untuk meninggalkannya. Kedua, wajib militer lah yang telah menimbulkan gerakan-gerakan anti militer yang kuat, yang merupakan kekuatan yang paling ditakuti oleh pemerintah-pemerintah di Eropa. Gerakan dan sentimen anti militerisme dianggap sebagai ancaman bagi pemerintah (kapitalis) karena benteng yang melindungi dan memperkuat kapitalisme adalah militerisme. Pada saat militerisme dikalahkan, kapitalisme akan hancur.

Memang betul bahwa tidak ada wajib militer di negara kita, para pemuda kita tidak dipaksa untuk menjadi tentara, tatapi ada paksaan yang lebih hebat: mereka yang masuk ke dalam militer berbuat demikian karena kebutuhan. Bukankah suatu fakta bahwa dalam depresi industrial, pendaftaran masuk militer meningkat dengan drastis? Karir dalam militer bukan hanya menarik dan dihargai, tetapi juga lebih baik daripada susah-susah mencari pekerjaan, antri roti atau tidur di tempat-tempat amal. Karir tersebut setidak-tidaknya memberikan tiga belas dolar sebulan, tiga kali makan setiap harinya dan tempat untuk tidur. Tetapi bagi mereka yang mempunyai harga diri dan prinsip, kebutuhan adalah bukan alasan untuk masuk militer. Kita tidak perlu heran kalau otoritas militer menyatakan bahwa materi orang-orang yang mendaftar belakangan ini berkualitas buruk. Pernyataan ini adalah tanda yang baik. Artinya rata-rata orang Amerika masih mempunyai sifat mandiri, cinta kebebasan dan berani menanggung risiko kelaparan daripada memakai seragam.

Orang-orang bijak di seluruh dunia mulai sadar bahwa patriotisme adalah sebuah konsep yang picik dan terlalu sempit untuk memenuhi zaman sekarang. Sentralisasi kekuasaan telah menimbulkan solidaritas internasional antara mereka yang tertindas; solidaritas antara kaum buruh di Amerika dan di luar negeri; solidaritas yang tidak perlu takut dengan serangan dari luar, karena kaum buruh akan membuat pernyataan kepada majikan mereka, “kalau anda mau membunuh silahkan lakukan pembunuhan tersebut sendiri, kami telah melakukannya untuk anda untuk cukup lama.”

Solidaritas itu juga telah menyadarkan tentara-tentara bahwa mereka semua adalah bagian dari umat manusia. Contohnya, tentara-tentara Paris menolak menjalankan perintah untuk membunuh saudara-saudara mereka dalam revolusi ‘Commune 1871’. Solidaritas tersebut juga telah memberikan keberanian kepada tentara angkatan laut Rusia untuk berontak dalam kapal perang mereka. Solidaritas akhirnya akan mempersatukan kaum tertindas untuk melawan penindas mereka. Kaum proletar Eropa telah sadar denga kekuatan dahsyat solidaritas, dan karena itu telah menyatakan perang terhadap patriotisme dan militerisme. Beribu-ribu orang memenuhi penjara-penjara di Perancis, Jerman, Rusia dan Skandinavia karena mereka berani melawan takhyul kuno tersebut (patriotisme). Gerakan ini juga tidak hanya terbatas dengan kaum buruh, tetapi juga seniman, sastrawan dan ahli teknik.

Amerika harus mengikuti gerakan solidaritas tersebut. Mentalitas militer telah tertanam dalam kehidupan sehari-hari orang Amerika. Saya percaya bahwa militerisme sangat berbahaya karena mereka didukung kaum kapitalis (sebaliknya kaum kapitalis sangat membutuhkan mereka untuk menjaga kepentingan mereka).

Institusi yang paling dahulu diracuni dengan mentalitas militerisme tersebut adalah sekolah. Pemerintah mempunyai konsep, “berilah seorang anak itu kepada saya dan saya akan mengajarnya menjadi ‘orang’ “. Anak-anak diajari taktik militer, perjuangan militer diagung-agungkan dalam kurikulum pendidikan dan pikiran anak-anak itu dibentuk supaya sesuai dengan tujuan negara. Pikiran anak-anak yang masih ‘murni’ tersebut dibanjiri dengan moralitas patriotisme. Kaum pekerja Amerika telah banyak menderita di tangan tentara, dan kejijikannya terhadap parasit berseragam itu memang beralasan kuat. Tetapi kebencian saja tidak dapat menyelesaikan masalah tersebut. Yang kita perlukan adalah pendidikan propaganda untuk tentara-tentara; bacaan-bacaan anti patriotik yang akan menyadarkan mereka akan keburukan ‘pekerjaannya’ itu dan yang akan menyadarkan mereka akan hubungan yang sebenarnya antara mereka dan kaum pekerja yang dengan hasil kerjanya menghidupi mereka. Tepatnya inilah yang paling ditakuti oleh pemerintah. Bagi seorang tentara, sekedar menghadiri pertemuan yang radikal saja sudah dianggap sebagai pengkhianatan, apalagi kalau ia membaca pustaka radikal. Tetapi bukankah merupakan sifat pemerintah yang selalu mengecap segalanya yang berbau kemajuan sebagai khianat/subversif? Bagi mereka yang berjuang untuk mengubah keadaan sosial mestilah bersedia untuk menghadapi semua itu; karena mungkin lebih penting untuk menyebarkan kebenaran di dalam barak daripada di dalam pabrik. Kalau kita dapat mengabaikan patriotisme, kita telah membuka jalan menuju masyarakat yang bebas dimana semua nasionalitas berada di bawah naungan persaudaraan universal.


Emma Goldman
1911

Judul asli: Patriotism: A Menace to Liberty

http://cnt-ait.info/

http://pustakaotonomis.org/

Pangan Bukan Partai Politik

Partai Politik?? TIDAK, Terima Kasih!


Tidak usahlah membicarakan apa yang sedang terjadi saat ini. Semua sudah tahu, semuanya sudah paham, semuanya sudah merasakan, dan hanya bisa terus bertahan hidup...

Terlalu banyak berita buruk yang kita dengar dan baca setiap harinya. Terlalu banyak situasi buruk yang kita lihat dan alami.

Sementara kita berusaha bertahan hidup, paling tidak untuk makan, unutuk tidur dengan nyenyak, atau bahkan untuk sekedar merasakan hangatnya tertawa dengan kerabat dan keluarga. Sementara di luar sana terdapat sekelompok orang yang mengatasnamakan kita, berkoar dan berjanji untuk memperjuangkan nasib kita. Mengumbar janji manis untuk menyejahterakan kita. Berusaha mengambil hati kita dengan segala bujuk rayu dan tipu muslihat. Meski sesungguhnya mereka hanya membutuhkan kita untuk datang ke bilik dan mencoblos wajah mereka dengan senyum palsunya.

Partai politik pada kenyataannya hanya merupakan sekumpulan orang dengan kepentingan dengan sokongan uang bermilyaran rupiah dari para pengusaha maupun dari para mantan pejabat yang menimbun uang dari hasil jabatannya di periode lalu. Partai politik ini dijadikan alat oleh para pemilik kepentingan (ekonomi terutama) untuk menjaga agar kemakmuran mereka tidak terganggu dan agar dapat terus memakmurkan dirinya, keluarganya, bisnisnya.

Partai politik diisi oleh beraneka ragam orang seperti mantan pejabat, menteri, jendral dan pengusaha. Bukan hanya mantan, tapi juga oleh mereka yang masih aktif dalam posisi-posisi tersebut. Lantas apa yang kita peroleh dengan mempercayakan mereka? Dengan memberikan otoritas kita pada segelintir orang ini untuk 'katanya' mengatur hidup kita? TIDAK ADA! Tidak percaya? Coba pikirkan dan teliti sendiri apa yang Partai Politik ini berikan padamu? Apalah artinya uang Rp. 50.000 yang dibagi-bagikan secara sembunyi-sembunyi buat kita pada masa kampanye jika mereka akhirnya mendapatkan beratus-ratus kali lipat? apalah artinya 1 karung beras jika akhirnya kita juga merasakan kembali mahalnya harga beras?

Partai Politik pun terbukti hanya menimbulkan perpecahan di antara sesama kita, sesama saudara. Bisa dilihat dari setiap pelaksanaan pemiihan-pemilihan umum, baik Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) maupun Pemilihan Presiden (Pilpres), pertikaian dan permusuhan terjadi di berbagai tempat akibat dukungan-dukungan dan permusuhan antar massa partai. Mereka membuat kita jadi terpecah-pecah karena mendukung partai tertentu. Mereka membuat kita melupakan betapa indah dan damainya persaudaraan. Toh, pada akhirnya ketika mereka sudah menjabat (menteri, departemen, kantor pemerintahan) kita akan dilupakan. Mereka memecah kita.

Sementara urusan mencari makan setiap harinya tetap kita hadapi. Berjuang setiap harinya tetap kita sendiri yang menjalankan. Lantas kenapa masih mempercayai mereka? Mereka telah mengambil begitu banyak dari kita. Mereka telah memecah belah kita, mereka sudah memiskinkan bukan hanya ekonomi kita, tetapi juga memiskinkan makna hidup kita.

Jadi hari ini kita duduk sambil menikmati kehidupan bersama, merasakan betapa indahnya kebersamaan. Tanpa ada perbedaan status, kelas, dan golongan. Kita semua sama menikmati makan makanan dari bumi yang sama...dan menyadari bahwa kita tidak pernah membutuhkan mereka. Justru jika kita bersatu dan bekerja sama, jika kita membangun kelompok-kelompok yang sadar dan tanpa ada yang memimpin atau dipimpin, kelompok-kelompok yang solid dan otonom tanpa adanya campur tangan partai, dan sejenisnya, maka semua yang kita cita-citakan akan lebih mudah dan dapat tercapai...

Betapa banyak beras yang sudah ditimbun dan dikorupsi.

Betapa banyak manusia yang kelaparan di atas tanah kelahirannya sendiri.

Betapa banyak makanan yang dihambur-hamburkan dari mini market, super market, pasar-pasar tradisional dan pabrik-pabrik korporasi.

Dan partai politik menutup matanya.

KAMI BUTUH MAKAN!
BUKAN PARTAI POLITIK!!!


Komisi Desentralis Non-Hirarki 'Pangan Untuk Semua'
www.foodnotbombs.org
www.indymedia.org

Food Not Bombs

Aksi Soliaritas Pangan untuk Semua




...Adalah cukup makanan untuk semua orang, tapi mereka lebih baik membuangnya daripada berbagi denganmu...


Salam cinta,
Mungkin kertas sekecil ini tidak akan cukup menjelaskan apa, siapa, kenapa, dan bagaimana Food Not Bombs itu. Kamu bisa mengontak kami di alamat yang tertera suatu tempat di kertas ini. Kertas ini juga tidak akan pernah cukup untuk menampung impian dan keinginan terbesar kami untuk merubah dunia menuju yang lebih baik.

Yah, kami memang naif, sama halnya dengan seorang anak kecil Palestina yang menghadang Tank dengan lucunya. Kami senaif pemuda Korea yang menghadang polisi brutal dan panser. Selebihnya kami adalah orang biasa seperti kamu, orang yang terkungkung dalam penjara tanpa terali, orang seperti kamu, yang merasa dibodohi oleh kekuasaan, orang seperti kamu yang setengah mati tiap hari bekerja untuk sekedar bertahan hidup (bukan hidup) yang pada akhirnya bos-bos serta majikan kami juga yang hidupnya lebih sejahtera. Mereka tidak akan pernah peduli kepada kami, seperti juga para politisi itu, mereka tak akan pedulikan hidupmu, mereka hanya berpura-pura untuk berbuat baik kepadamu demi kepentingan yang dapat menguntungkannya. Dan kita semua tahu itu.

Kita semua tahu pemerintah itu korup. Kamu tahu bahan pokok dan makanan setiap tahun semakin mahal. Dan yang terpenting adalah: Kamu tahu kamu bisa lakukan sesuatu.

Maka hari ini kami ingin berbagi ide tentang makanan. Tapi sebelum lebih jauh, kertas ini bukan blue print, atau panduan mutlak. Kamu bisa lakukan dengan cara kamu sendiri.

Oke, ide awalnya kita tahu Bumi begitu luasnya, begitu kayanya tak akan mungkin ada yang namanya kelaparan jika distribusi makanan adil. Tapi kenapa masih ada yang kelaparan? Mahal? Karena ada yang salah dengan pendistribusian makanan, karena makanan telah menjadi komoditas, karena makanan telah didominasi, dimonopoli oleh sebagian yang mampu saja.

Maka Food Not Bombs adalah suatu aksi langsung (direct action) bahwa makanan dan sumber kehidupan semestinya gratis dan hak bagi siapapun, tak memandang kaya, miskin, laki-laki, perempuan, agama, suku dan sebagainya. Kami mengumpulkan makanan secara GRATIS dari pasar-pasar terdekat yang dapat kami jangkau untuk mencari makanan yang masih layak untuk dimakan, sehat, dan steril. Kami memilah dan menyortir dengan teliti untuk dimasak dan disajikan ke siapapun yang lapar pada saat aksi langsung tersebut. Beberapa sel (grup) dari kami sudah melakukan hal ini bertahun-tahun. Sampai hari ini tak ada kasus keracunan atau semacamnya. Beberapa grup juga membuat dapur bersama, kebun bersama, dan donasi sukarela. Lihatlah mudah bukan? Kamu bisa melakukannya dengan teman-teman kamu jika mau.

Globalisasi sudah menghancurkan rasa solidaritas dan kreatifitas kita. Bos dan majikan sudah tak peduli hidupmu. Politikus hanya peduli diri dan kelompoknya sendiri. Kepala organisasimu hanya berpikir tentang kepentingan yang tak ada hubungannya denganmu, lantas tentang makanan? Perut?? Jangan tunggu bos, politikus, partai merubah hidupmu. Karena hanya kamu sendiri yang bisa merubahnya.

Jadi apalagi yang mesti kamu tunggu. Kuatkan dirimu bersama teman-temanmu, orang yang kamu sayangi, lingkungan sekitarmu. Buatlah kebun bersamamu, sekolah bersama, mari kita bersama membuat sejarah hari ini. Esok mungkin akan sangat terlambat...

Salam perjuangan!


http://www.foodnotbombs.net/
www.freewebs.com/freefoodgang
Untuk teman cyber MySpace & Friendster add kami:
fnbjkt@lycos.com




HOMICIDE-Illsurrekshun

Artist: HOMICIDE
Entitled: Illsurrekshun



Format MP3; Size 3.9 MB


HOMICIDE-Megatukad

Artist: HOMICIDE
Entitled: Megatukad


Format MP3; Size 4 MB

Minggu, 15 November 2009

Intip sedikit dan silahkan berikan masukan dan usulan2 kamu yah...

Silahkan intip untuk melihat aktivitas2 di rumah kami dan kamu diundang untuk masuk... :)

Rumah kami masih akan terus berjalan, dan kami tidak bisa melakukan ini semua sendiri tanpa kamu. Jadi kalau kamu memiliki apapun yang bisa dikontribusikan di tempat kami (entah itu barang, tenaga, ikut mengisi kelas, membantu mengabarkan, dll...), kami akan sangat senang...

Untuk saat ini aktivitas kami yang sudah & sedang berjalan:

- Pesanan literatur Anti-Otoritarian dalam bentuk buku, zine, pamflet, flyer, jurnal, newsletter, dan film
- Kelas Bahasa Inggris & Skill Share
- Pesanan sablon kaos & beberapa artwork
- Taman Baca
- Penerjemahan
- Data base

Saat ini kami sedang berusaha untuk mempersiapakan kedai vegetarian dan D.I.Y Shop kami, dukung yahhh...



More Informations

Kaum Tani di Bawah Ancaman Kapitalisme

Perjanjian Tentang Pertanian dan Akibatnya Bagi Petani Kecil
Perjanjian tentang Pertanian (AoA) adalah salah satu hasil Putaran Urugay yang mengatur perdagangan pangan secara internasional dan dalam negeri. Aturan-aturan ini memacu lajunya konsentrasi pertanian ke agribisnis dan melemahkan kemampuan Negara-negara miskin untuk mencukupi kebutuhan swadaya pangan dengaan cara bertani subsisten (bahan pokok penyembung hidup). Mengingat sebagian besar penduduk Indonesia adalah petani, perjanjian Tentang Pertanian (AoA) sangat berpengaruh besar terhadap kehidupan petani Indonesia.

Menurut dasar pikiran ketetapan tersebut, daripada mencukupi sendiri kebutuhan pangan, lebih baik Negara-negara itu membeli makanan dalam pasar Internasional dengan uang yang diperoleh dari hasil ekspor. Namun, banyak Negara-negara kurang berkembang menghadapi rendahnya harga produk mereka atas sejumlah ekspor mereka yang terbatas. Selama empat tahun pertamaWTO, harga bahan-bahan pertanian jatuh, sedangkan harga makanan tetap tinggi. System ini dapat merugikan petani maupun konsumen dan sekaligus membuka jalan bagi perusahaan-perusahaan transnasional mendominasi pasar, terutama di Negara-negara miskin.

Dengan menanda tangani Perjanjian Pertanian (AoA) Negara-negara dunia ketiga menyadari bahwa mereka telah setuju untuk membuka pasar-pasar mereka sementara memungkinkan para Adikuasa pertanian menguatkan system produksi pertanian bersubsidi mereka yang menyebabkan anjloknya harga padda pasar-pasar mereka. Pada gilirannya, proses tersebut, menghancurkan pertanian berbasis petani kecil.

Aturan-aturan WTO yang terbaru mengenai pertanian mendesak Negara-negara miskin untuk meliberalisasi pasar-pasar mereka, sementara pada sisi lain memungkinkan Negara-negara maju/industri untuk mensubsidi dan membanting harga produk-produk ekspor pertanian mereka. Ekspor yang dilakukan dengan membanting harga, terutama oleh Negara-negara Uni Eropa dan Amerika Serikat menghancurkan kehidupan di Negara-negara miskin, dan harus secepatnya dihapuskan. Di Afrika Barat, sebagai contoh banjir konsentrat tomat murah Eropa telah menghancurkan produksi dan pengolahan tomat local, sementara produk-produk susu Uni Eropa yang bersubsidi tinggi telah menyebabkan hilangnya pendapatan para produsen susu di Brazil dan Jamaica. Sedangkan di Indonesia, para petani kecil penghasil beraas mengeluhkan banjirnya beras impor, yang harganya selalu lebih murah daripada beras yang mereka produksi.

Pemerintah-pemerintah Negara kaya terutama Amerika serikat seringkali menyatakan kesediannya terhadap pengembangan lapangan bermain yang sama dalam pertanian. Namun, dalam kenyataannya, secara bersama-sama Negara-negara OECD (Negara-negara industri maju0 membelanjakan $350 Milyar untuk mensubsidi para petani mereka. Di Amerika Serikat, ini berarti subsidi senilai $20.000 untuk tiap orang petani. Globalisasi pasar-pasar pertanian berarti bahwa para petani ini bersaing dengan para petani kecil di Negara-negara miskin, yang banyak diantaranya hidup dengan kurang dari $ 1 per hari.

Pada masa krisis, banyak Negara berkembang/miskin telah meliberalisasikan impor pangan mereka, atas tekanan dari IMF dan Bank Dunia, bahkan memberlakukan tarif nol persen untuk impor bahan pangan utamanya (sembako). Pada masa normal nantinya, sulit untuk memberlakukan tarif lagi.

Akibat dua keuntungan yang diperoleh dari perjanjian tantang pertanian yakni produk pertanian yang bersubsidi dan tarif bea masuk yang sangat rendah adalah sangat mengerikan bagi para petani di Negara-negara miskin dan berkembang. Petani kecil tidak akan mampu bersaing dalam pasar global yang dikendalikan oleh perusahaan transnasional sementara tekanan untuk menyediakan produk tanaman ekspor akan menggusur jutaan petani dari lahan mereka, jadi, sekali lagi, patut dicamkan bahwa inilah akibat utama dari Perjanjian tentang Pertanian/WTO bagi petani di Negara-negara berkembang/miskin : menggusur jutaan petani kecil di lahan mereka.


Kapitalisme Global di Lapangan Agraria : Pasar Tanah dan Proyek Administrasi Pertanahan
Setelah melihat kepentingan yang dibawakan oleh WTO lewat perjanjian tentang Pertanian (AoA), maka kita perlu pula mengetahui kepentingan kapitalisme global terhadap alat produksi yang paling penting bagi petani dan sector pertanian yaitu tanah. Untuk hal ini, kapitalisme global dan para pendukungnya (termasuk kalangan intelektual) mengembangkan konsep yang dikenal sebagai pasar tanah (land market), yang secara gencar dipromosikan oleh Bank dunia pada tahun-tahun 2000-an awal dis eluruh dunia. Di Indonesia, proyek Bank dunia ini dikenal sebagai Proyek Administrasi Pertanahan (PAP) atau Land Administration Project (LAP).

Bank dunia memiliki pengalaman yang cukup panjang dalam bantuan kebijakan pertanhan Negara-negaara berkembang. Dua desain utama yang pernah dianut oleh Bank Dunia adalah Land reform dan Land Market, walalupun motif dari bank Dunia adalah sama-sama melanggengkan pengaruh Amerika. Namun terdapat perbedaan-perbedaan penting antara keduanya, yang terletak pada dataran agenda ekonomi-politik, sector yang menjadi tumpuan dan periode waktu penerapan kebijakan tersebut.

Pada decade sekarang, Bank Dunia tidak lagi menggunakan desain utama land Reform, karena argumentasi ekonomi politiknya menurut Bank Dunia sudah tidak lagi tepat. Dalam upaya menerapkan pasar tanah tersebut, Bank Dunia menyarankan agar pemerintah Indonesia melakukan deregulasi semua perundang-undangan yang dapat membatasi ruang gerak investasi, termasuk di dalamnya deregulasi pertanahan. Dari tinjauan ini, proses pengadaan tanah untuk investasi modal besar selama ini mengalami sejumlah hambatan yang mengganggu. Hambatan tersebut didasarkan atas tipe ideal prinsip pasar bebas. Arah baru strategi, kebijakan program, dan proyek pertanahan tersebut adalah membentuk pasar tanah yang efisien.

Salah satu proyek deregulasi pertanahn dalam kerangka land market (pasar tanah) yang disarankan oleh Bank Dunia kepada pemerintah Indonesia adalah apa yang disebut sebagai Proyek administrasi Pertanahan (land Administration Project). Ada suatu titik masuk untuk melihat asal-usul PAP (Proyek Administrasi pertanahan) sebagai bagian dari strategi global Bank Dunia, yakni uraian Bab II dalam dokumen Bank Dunia berjudul Staff Appraisal Report-Land Administration Project (SAR) dengan judul Bank Experience, Strategy and Rationale for bank involvement. Pada bagian awal Bab II SAR tersebut, diuraikan pengalaman keberhasilan proyek sejenis di Thailand, yang juga bekerja sama dengan AusAid. Namun, tidak diuraikan pengalaman kegagalan serius dari proyek di Papua nugini. Kecenderungan untuk mempopulerkan pengalaman yang berhasil (menurut ukuran Bank Dunia), dan menyembunyikan pengalaman kegagalan tentunya menimbulkan pertanyaan. Satu pertanyaan penting adalah apa latar dari perluasan proyek-proyek sejenis ?
Saat ini paling tidak ada beberapa Negara, di mana Bank dunia bersama-sama dengan AusAid (badan kerja sama pembangunan Australia) membiayai dan memberi hutang untuk proyek sejenis di berbagai Negara yang berkembang, diantaranya Thailand, papua Nugini, Laos, dan el savador. Bank Dunia sendiri telah berpengalaman lebih dari 35 tahun menghutangi proyek semacam ini, untuk Negara-negara di dua wilayah : Central America dan South-and Southeast asia.

Desakan Bank Dunia kepada pemerintah Indonesia untuk melaksanakan deregulasi pertanahan berada dalam kerangka neo-liberal. Asal-usul deregulasi ini dapat ditelusuri dari Program Penyesuaian structural (SAP) dari Bank Dunia terhadap ekonomi politik Negara-negara penghutang, termasuk Indonesia. Karena itu, deregulasi ini hanya dapat dimengerti dari siasat bank Dunia terhadap Negara-negara penghutang termasuk Indonesia, latar belakangnya sangat jelas, yakni agar Negara-negara penghutang mampu melunasi hutang-hutangnya atau bank Dunia harus menyelamatkan kekayaan dirinya dan mitra-mitra Negara pemodalnya.

Ditetapkan bahwa tujuan proyek administrasi Pertanahan(PAP) adalah proyek yang dijalankan oleh Pemerintah Indonesia yang bertujuan utama : meningkatkan pasar tanah (land market) yang wajar dan efisien dan mengentaskan konflik masyarakat atas tanah, melalui percepatan pelaksanaan pendaftaran tanah sebagai fase permulaan dari program pendaftaran tanah jangka panjang pemerintah Indonesia (Bagian A), dan perbaikan system kelembagaan administrasi pertanahan yang diperlukan untuk menunjang program pendaftaran tanah tersebut (bagian B). tujuan utama kedua proyek tersebut (Bagian C) adalah untuk menunjang upaya pemerintah Indonesia untuk mengembangkan kebijaksanaan pengelolaan pertanahan. Tujuan-tujuan yang berkaitan percepatan pendaftaran tanah ini adalah untuk menunjang pengentasan kemiskinan melalui jaminan hak pemakaian tanah yang ditingkatkan dan kesempatan agunan kepada pemilik tanah, serta untuk menyediakan insentif bagi investasi dan tata guna tanah yang berkelanjutan.

Selintas, tujuan Proyek Administrasi pertanahan (PAP) ini tampak akan menguntungkan rakyat Indonesia. Namun, dalam hal ini kita mesti membongkar secara sungguh-sungguh tujuan jangka panjang dari kepentingan Bank Dunia dalam mempromosikan pasar tanah ini. Apa yang sesungguhnya dikehendaki oleh Bank Dunia ? Bank Dunia menginginkan peran pemerintah sebagai penyedia tanah dikurangi otoritasnya. Bank dunia juga hendak menghapus seoptimal mungkin para calo pertanahan. Tentunya hal ini bagus selama ia memang ditujukan untuk kepentingan rakyat. Sayangnya tidak demikian, Bank Dunia lebih berpikir bagaimana membuat iklim investasi di Indonesia lebih nyaman bagi beroperasinya modal-modal besar, khususnya perusahaan-perusahaan multi/trans-nasional, dengan cara terciptanya mekanisme penyediaan tanah yang lebih efisien bagi kepentingan mereka.


Gerakan Tani persil IV Deli serdang (ojudbanget@yahoo.com)

Pemikiran Siti Jenar (Serat Babad Jaka Tingkir, Pupuh XIX: 17)

Jika begitulah memang keberadaan manusia
Bahagia meski tanpa sandang
Tak berduka meski tanpa pangan
Kalaulah dicela justru teramat suka

Pemikiran Siti Jenar (Serat Babad Jaka Tingkir, Pupuh XIX: 18)

Jika mendapatkan mara bencana serta segala musibah menimpa
Dia hanya tertawa
Karena hatinya tiada yang diminati dan tiada yang ditakuti

Sabtu, 07 November 2009

Banging Your Head Against A Brick Wall


E-book yang dapat memberikan inspirasi untuk mengotori tembok-tembok kotamu...Baik untuk para Bomber...Silahkan mencoba...

:)
Format PDF; Size 3.2 MB

Panduan Singkat Pembebasan Individual (Hasrat) Di Era Posmodern Untuk Setiap Henry Miller yang Salah Jalan

I. Majikan tanpa Budak

Perang Dunia Ketiga dan yang terakhir, berlangsung di seluk-beluk jiwa dan hati kita. Di satu sisi, Ia menjadi sebuah pertanyaan kepada keyakinan kita akan dunia serta berbagai keajaiban yang dapat kita lakukan di dalamnya: cinta dan impian kita terhadap kehidupan. Di sisi yang lain Ia berwujud ketakutan, ketidaknyamanan, dan inersia di dalam diri kita--yang di manfaatkan oleh korporasi dan pemerintah untuk memecah-belah masyarakat, mereduksi kompleksitas rumit dunia dan kehidupan dengan menyempitkannya menjadi perhitungan ekonomi. Apa yang dipertaruhkan oleh Perang ini, adalah pilihan antara pembebasan yang total dengan rutinitas dan isolasi. Kita diharapkan kalah dengan cara seperti ini: berperang dengan sesama demi memperebutkan secuil bagian dari dunia, daripada mengambilalih keseluruhannya demi kepentingan semuanya. Banyak yang terjebak--termasuk kita--ke dalam perangkap ini; aturan-aturan yang membuat kita saling berkompetisi, menghina, dan mencurigai satu sama lain.

Hasrat kekuasaan hirarkis, untuk menguasai yang lain, diciptakan dengan memutarbalikan hasrat yang ingin memiliki kontrol atas hidup. Di titik ini, di dunia yang sepenuhnya dipoles oleh budaya dan teknologi manusia, di mana tak ada lagi ruang-ruang yang tak terprivatisasikan, sangatlah lumrah kalau kita hanya bisa mempertahankan kehidupan individual kita melalui kerjasama. Takdir kita semua bersandar pada kemampuan kita mengatasi setiap ketidaknyamanan dan kepicikan diri kita masing-masing, juga bagaimana kita membangun sebuah cara berhubungan dengan sesama, agar dapat saling membantu satu sama lain, dan menjadi majikan tanpa budak: barulah dunia dapat kita rengkuh.

II. Untuk Diriku Sendiri

Dari semua yang telah diucapkan, Aku hanya ingin berkata: kamu diterima disini, tapi aku tak melakukan ini untukmu. Aku menjalani seumur hidupku memikirkan ‘kewajiban’ apa yang belum aku lakukan untuk dunia: apakah aku harus menolak keinginanku untuk melayani kepentinganmu, atau menolak kepentinganmu demi mengejar keinginanku. Kedua pilihan yang menjebak: Apabila aku menolakmu, aku akan kehilangan bagian dari diriku yang ada di dalam dirimu, dan apabila aku menyerahkan semuanya untukmu, aku tak memiliki apapun yang dapat ditawarkan kepadamu.

Pilihan-pilihan tersebut palsu, aku tak lagi mempercayainya. Sekarang aku melepasnya dan menyerahkan hidupku sepenuhnya untuk diriku sendiri, baru kemudian memberi diriku sepenuhnya kepada dunia. Karena hanya dengan menyadari siapa diriku, barulah aku dapat menjalani hidup sebagaimana mestinya, sehingga aku dapat memberi lebih pada dunia daripada sekedar moralitas amal kaum agamis dan borjuis liberal. Apa yang aku maksudkan, adalah kita berupaya memuaskan kebutuhan kita sendiri, dengan suatu cara di mana kebutuhan yang lainnya dapat terpuaskan juga, yakni dengan berjuang menghancurkan setiap kekuasaan yang berniat untuk mengeksploitasi dan menghancurkan sesama kita: alam dan mahkluk hidup. Mulai sekarang, aku melakukan semua ini untuk diriku sendiri, tanpa harus terilusi oleh kehormatan dan kewajiban. Seperti ucapan seorang penyair: 'Apa yang Aku cari di dalam diri orang lain adalah pemenuhan dari diriku yang tersembunyi di dalamnya. Karena itu, mereka yang sadar bahwa hidup mereka sangat bergantung kepada sesamanya, masih harus menemukan diri mereka sendiri dulu. jika tidak, mereka tidak akan menemukan apapun di dalam diri orang lain selain hanya negasi dari diri mereka sendiri.'

Jadi aku menulis ini untuk diriku sendiri. Bukan untuk menjual ide-ideku, atau mencoba mengamalkan waktuku untuk mencerahkan orang-orang, atau, bahkan lebih buruk, mencoba meninggikan statusku menjadi seorang intelektual—namun untuk sebuah latihan berekspresi, untuk kenikmatan bermain-main dengan bahasa, logika, dan puisi, untuk sebuah kesempatan menulis tentang dunia serta hidupku sendiri, di dalam bentuknya yang baru.

Tulisan ini mungkin saja akan memberimu pengalaman yang berbeda. Kata-kata, terkadang, bisa menggerakan emosi, memberimu sensasi yang bebas, bahkan menggerakan dirimu melakukan sesuatu. Atau, kebalikannya, kata-kata hanya akan membuatmu terpaku, lumpuh tak berdaya. Di situasi seperti ini, kamu adalah si pembaca yang membaca tulisanku, kamu hanyalah sekadar pembaca. Terlepas dari fakta, misalnya, ada sesuatu yang penting yang aku utarakan disini, ada poin-poin yang bisa menjelaskan beberapa hal, halaman-halaman dingin ini dapat menjadi sesuatu yang kosong, suatu konfirmasi dari ketidakberdayaanmu.

Aku menulis deklarasi ego ini untuk menantangmu, untuk terus memperjelas posisi, siapa disini yang mengambil manfaat dan siapa yang tidak—dan juga, untuk mengajakmu bergabung denganku, untuk kepentingan dirimu sendiri. Kamu tidak perlu menjadi seorang penulis, teoritisi atau seniman atau akivis, ataupun setiap peran yang menghalangi dirimu menjadi seseorang yang bebas. Kamu hanya perlu berjanji pada dirimu, untuk merengkuh dunia atau tidak sama sekali. Ada banyak jalan menuju kebebasan seperti ada banyak ragam orang di dalam dunia; untuk kepentingan setiap orang, temukanlah dirimu sendiri.

III. Untuk Kita Semua

Bagi mereka yang berada di dalam situasi seperti diriku, tantangan terbesarnya adalah bagaimana bertindak tidak acuh pada potensi orang lain. Kita hidup di dalam masyarakat—yang ekonominya timpang--di mana ke-diri-an dipandang sebagai sumberdaya yang terbatas: tak banyak yang bisa dibagi-bagi, karena semuanya dipusatkan kepada segelintir bintang rock dan selebritis--dengan cara yang sama kapital dimiliki oleh segelintir pemilik modal dan investor, yang mengambilnya dari hasil keringat setiap orang. Bentuk-bentuk ekspresi diri yang ada sekarang ini, adalah hambatan bagi aktualisasi diri setiap manusia: untuk membuat satu orang tampil di televisi, dibutuhkan ribuan orang duduk dirumahnya menonton, dan cara yang sama berlaku bagi permainan olahraga, penulis dan pembaca, pelaku scene dan pengagumnya, politisi dan pendukungnya, seniman dan patron-patronnya. Bahkan pemberontakan kita terstrukturisasi seperti ini: vokalis punk dan tokoh radikal berada diatas audiens, suara mereka disokong oleh amplifier dengan volume besar, kondisi yang membuat orang-orang menjadi penonton pasif.

Sekarang, kita harus menemukan suatu cara bersuara yang dapat memberi suara bagi yang lain, sebuah cara bertindak yang merangsang orang-orang untuk aktif, sebuah cara hidup yang memungkinkan kita untuk berbagi kehidupan dengan orang lain tanpa harus melepaskan kehidupan kita sendiri. Aku tidak akan pernah melepaskan kehendak untuk mengekspresikan diriku sendiri, atau kenikmatan yang aku reguk dengan melakukannya. Aku cukup sadar, bahwa dengan mengekspresikan diri, aku beresiko mereplikasi sistem yang memanfaatkan pemiskinan relasi antara individu; namun yang aku upayakan disini, adalah untuk menemukan suara yang mematikan, yang dapat menjadi sebuah wabah dashyat untuk menghancurkan setiap penyelubung kesadaran diri manusia serta setiap inersianya yang masih menghantui kita sampai sekarang.

Ingat, jangan pernah mencoba menakut-nakuti orang-orang agar mereka bertindak. Semua orang sudah cukup lelah dengan ketidakberdayaan, dengan segala kekasaran dunia yang barbar. Secara instingtif, semua orang tahu, bahwa ada yang tidak beres dengan dunia. Tak ada yang menyukainya, sekalipun status sosial dan pekerjaan mereka mencoba membuat mereka berpikir sebaliknya. Satu-satunya cara memotivasikan mereka adalah dengan menunjukan bahwa tindakan yang bebas masih mungkin. Keburukan dunia bukanlah sesuatu yang baru bagi mereka yang menonton berita, sekalipun berita tersebut tidak luput dari sensor; satu-satunya daya tarik untuk memotivasikan mereka adalah dengan menggiring keindahan ke permukaan.

Apabila kita berkeinginan untuk membuat orang-orang aktif, maka tugas kita adalah seperti ini: Untuk membuat dan menjalani sebuah keindahan yang baru, yang sepenuhnya berbeda dengan “kontes kecantikan” yang sering diselenggarakan oleh mereka yang bermentalitas budak—untuk mengusahakan keajaiban di tengah dunia yang tidak lagi percaya pada keajaiban dan kejutan—untuk menghidupkan yang mati, seperti ketika kita akan meruntuhkan setiap bangunan-bangunan kerajaan.

Apabila kita berhasil menciptakan satu keajaiban, maka darah kita akan menjadi barisan malaikat-malaikat tertinggi, yang hadir untuk memulihkan yang letih dan menyembuhkan mereka yang sengsara akibat maladi kematian—yang menghampas seperti angin sebelum badai datang memporak-porandakan pekuburan sunyi, merombak jalan-jalan, membebaskan setiap jiwa tersesat yang dilaluinya. Mari menemukan masa depan baru, dan menggemakannya melalui sebuah propaganda hasrat yang belum pernah diketahui oleh dunia ini. Siasat para praktisi periklanan tidak lagi mengilusi kita, dan mereka yang berada di sisi dunia lama, akan di lahap api.

Kami menyerahkan segalanya agar kami tidak berhutang pada siapapun, agar dunia menjadi milik kami. Engkau melahap semuanya sehingga semuanya habis, tiada sesisapun. Kau adalah kehampaan, yang melahap semuanya—lihat apa yang telah engkau lakukan kepada dunia.

Tapi kami adalah karma peradabanmu. Bagi kami, pencurian itu tidak pernah ada, adalah adil untuk mengambilalih apa yang menjadi miliki kita, dan setiap pelanggaran adalah pembebasan.

Bagi kalian yang menyimpan keluh kesah: kalian mungkin salah satu dari kami. Beritahu apa yang kalian rasakan. Tiada yang lebih tragis dan hampa, selain ketidakhadiran kalian ketika dunia harus kita rebut. Berciumanlah dengan setiap liur di dalam mulutmu, berjuang dengan jiwa di lengan dan darah di matamu.

Mulai sekarang, perdagangan akan sirna di dalam kehidupan, tak ada bisnis seperti biasa. Hancurkan dan sembuhkan. Sirna dan mengada. Terima dan beri. Hidup, lalu mati; melawanlah, maka kamu akan hidup.



Armed to the teeth and dressed to kill,

Vetuyara Krishna

e-mail: anarkrisna@yahoo.com
Source: TimKatalis

Aquarian Letter | Voice 6 | July 2009


Dengan tampilan baru dan lembar pertama (halaman awal dan akhir) bisa digunting dan ditempel untuk mengotori tembok-tembok kotamu.



Format PDF; Size 634 KB

Bunuh Munir!


Kertas kerja ini disusun oleh Edwin Partogi, Haris Azhar, Indria Fernida, Papang Hidayat dan Usman Hamid. Proses penulisan diawali oleh pembahasan draft awal tulisan yang dipersiapkan oleh Usman Hamid dalam rapat internal KontraS pada hari Rabu, 2 Februari 2005. Selanjutnya draft ini dikembangkan melalui pembagian kerja menulis beberapa orang pekerja KontraS.

Kertas kerja ini disusun dan dipublikasikan sebagai bahan bagi siapapun untuk terus mengingat peristiwa pembunuhan aktifis HAM Munir, menuntut pengungkapan dan pengungkapan pelaku, serta menolak terjadinya pembunuhan serupa di masa depan.

Isinya tidak terlalu panjang. Hanya cerita singkat dan dokumentasi seputar kematian Munir dan dinamikanya, mulai dari perhatian masyarakat dan para pejabat negara atas kematian Munir, hingga upaya untuk mengungkap tabir pembunuhannya.

Menjadi tugas kita semua untuk mengingatkan seluruh pemimpin negara ini agar pengungkapan kasus pembunuhan Munir menjadi indikator bahwa sejarah kita berubah. Orang tidak lagi boleh dihilangkan nyawanya atas alasan apapun, apalagi hanya karena pikiran dan sikapnya. Kita juga tidak boleh membiarkan ada orang yang merampas hak hidup orang lain tanpa merasa bersalah dan menyangkalnya sambil berlindung dibalik pengaruh politik dan materi. Kita tidak mungkin terus mengulangi sejarah kelam bila kita memang ingin berhasil membangun bangsa.

KontraS menyampaikan terima kasih kepada Robertus Robert atas sumbangan pikiran dan tulisan “dongeng kaum telengas”, kepada Asmara Nababan yang membaca dan memberi masukan, Kees de Ruiter, Michelle dan Ypie Boersma atas dukungan kampanye dan lobby parlemen di negeri Belanda, Matthew Easton di New York atas dukungan lobby dan kampanye internasional untuk kasus Munir. KontraS juga berterima kasih kepada dua orang pekerja Kontras Daud Bereuh dan Heryati yang banyak membantu penyediaan informasi dan bahan-bahan yang diperlukan bagi penulisan.

Selamat membaca dan semoga bermanfaat.
Format PDF; Size 2.5 MB

Get Your TAROT Reading