Selamat Datang! | Welcome!

DALAM WAKTU YANG SEMAKIN MENDESAK UNTUK TRANSFORMASI MIMPI, DIMANA RUANG-RUANG HIDUP SUDAH SEDIKIT TERSISA UNTUK KAMI MENGKREASIKAN MIMPI. DIMANA RUANG-RUANG HIDUP BUKAN LAGI BEBAS BERBICARA TENTANG MIMPI SETIAP INDIVIDU, BEBAS MEMILIH JALAN BUDAYA-PERADABAN UNTUK SETIAP KOMUNI, NAMUN SUDAH PENUH DENGAN MIMPI-MIMPI MASSAL DAN JALAN HIDUP BUDAYA-PERADABAN MASSAL DALAM BINGKAI PERBUDAKAN MANUSIA.

IDEOLOGI, PEMERINTAHAN, PASAR, KORPORASI, STRUKTUR HIDUP DALAM SEJARAH TERCIPTA MASIH BELUM MAMPU MEMBEBASKAN MANUSIA DI ATAS ALAM YANG NETRAL INI, MAKA UPAYA-UPAYA UNTUK MENCIPTAKAN RUANG-RUANG BEBAS DI ATAS ALAM INI ADALAH UPAYA PEMBEBASAN INDIVIDU MANUSIA.

INDIVIDU BUKANLAH APA YANG IA PAKAI, APA YANG IA KENDARAI, APA YANG IA PERCAYAI. INDIVIDU BUKANLAH SETIAP MASALAH-MASALAH YANG MELEKAT PADA DIRINYA, LABEL-LABEL YANG DIBERIKAN KELUARGA DAN LINGKUNGANNYA. INDIVIDU ADALAH ENERGI INDEPENDEN DALAM KETAKDEFINISIAN YANG MAMPU MEMBERIKAN API KEHIDUPAN KEPADA ALAM, DIMANA ENERGI TERSEBUT JUGA BERASAL DARI API KEHIDUPAN ALAM DAN INI DINAMAI DENGAN SPIRIT.

MAKA PEMBEBASAN SPIRIT AKAN MEMBEBASKAN DUNIA, ADALAH VITAL UNTUK MENGHANCURKAN RUANG-RUANG YANG MENDESAK. PERANG TERHADAP MANIPULASI INFORMASI, HARAPAN-HARAPAN PALSU, DAN SEGALA STRUKTUR YANG MELEMAHKAN INDIVIDU DAN MEMBANGUN KEMBALI RUANG-RUANG BEBAS DI ATAS KEHANCURANNYA SAMBIL MEMELIHARA DAN MENGEMBANGKAN RUANG-RUANG BEBAS YANG SUDAH TERCIPTA.

SUDAH SAATNYA BEBASKAN SPIRITMU MAKA KAMU MEMBEBASKAN DUNIAMU! ANGKAT BERPERANG KARENA INI ADALAH MEDAN PERTEMPURAN & PERTARUNGAN SPIRITUALITAS!


FREE SPIRIT-FREE WORLD
AQUARIAN
aquarian.free@gmail.com

Kunjungi Pustaka Online Aquarian

QUOTES FOR LIFE TRANSFORMATION

Jumat, 17 September 2010

PROUDHON





“...apa itu properti?...”

Pierre-Joseph Proudhon lahir pada tahun 1809 di Franche-Comte, bagian timur Perancis. Ibunya berprofesi sebagai tukang masak dan ayahnya bekerja sebagai peternak, pembuat minuman dan seorang penjaga kedai yang bangkrut. Sebagian besar dari masa kecilnya ia habiskan dengan menggembalakan sapi di wilayah pegunungan Jura, sebuah pengalaman yang menjadi inspirasinya akan sebuah kehidupan bebas di desa. Melalui pengalaman inilah Proudhon memoles semua pandangan filosofisnya. Proudhon adalah seorang otodidak yang tekun; di umurnya yang ke 19 ia memenangkan sebuah beasiswa untuk belajar di Paris, namun kemelaratan keluarganya memaksa Proudhon untuk berhenti dari sekolah. Ia kemudian dipekerjakan sebagai juru cetak hingga kemudian memulai usahanya sendiri di Besancon. Usahanya gagal, dan berbuntut hutang yang kelak membayanginya seumur hidup.

Ketika pindah ke Paris, ia menyaksikan kemerosotan kehidupan pekerja urban dan mulai bergabung dengan organisasi revolusioner. Di tahun 1840 Proudhon menerbitkan tulisannya What is Property?, sebuah karya yang dikomentari Marx sebagai sesuatu yang “menusuk... eksaminasi yang menentukan, ilmiah dan dahsyat” dari subjek tersebut.

Di dalam tulisannya tersebut, Proudhon menjelaskan sebuah perbedaan penting antara kepemilikan barang-barang untuk pemanfaatan personal, yang dikategorikannya sebagai kepunyaan, dengan properti—yang ia contohkan seperti: pabrik, alat-alat berat, tanah, barang-barang mentah dan barang-barang lainnya yang bisa dimanfaatkan untuk mendapatkan keuntungan. Kekuatan dari properti untuk memanfaatkan pekerja adalah apa yang dimaksudkan oleh Proudhon di dalam sebuah penjelasannya yang terkenal dan penuh dengan paradoks:

Jika ada yang bertanya padaku: “Apa itu perbudakan?” maka Aku akan menjawabnya dengan satu kata, “Pembunuhan!”, dan maksudku akan dimengerti dalam sekali tangkap. Tidak perlu ada argumen lain untuk menjelaskan bahwa kekuatan untuk mengambil pemikiran orang, keinginan, serta personalitas mereka, adalah sebuah kekuatan hidup dan mati, karena itu memperbudak seseorang sama saja dengan membunuh mereka. Lalu kemudian ada pertanyaan yang lain: “Apa itu properti?” kenapa tidak aku menjawabnya sebagai, “Pencurian?”

Properti (kepemilikan-pen), beserta sistem politik yang mendukungnya, haruslah dihapuskan, namun kepunyaan—kendali yang efektif dari kebutuhan-kebutuhan kerja dan kehidupan—adalah prakondisi bagi kemerdekaan individu. Semua pekerja harus memiliki hak yang penuh atas apa yang mereka hasilkan bukan dari apa yang menghasilkan: “hak dari hasil-hasil adalah eksklusif; hak dari menghasilkan itu dimiliki bersama.” Dengan demikian sumber daya alam yang ada di bumi ini bukanlah milik satu orang atau siapapun, begitu pula dengan bakat-bakat teknik dan kemampuan produktif dari masyarakat yang harus diwarisi ke semua orang. Proudhon cukup yakin bahwa dengan mengesahkan properti sebagai kepemilikan pribadi menegaskan pencerabutan mayoritas masyarakat dari hak-hak mereka untuk sebuah pembagian kekayaan sosial yang adil.

Menurut Proudhon, hukum sejati ialah di mana sebuah masyarakat lahir secara alami dari masyarakat itu sendiri dan secara otomatis memapankan tatanan bagi aktifitas kehidupan manusia. Hukum ini tidak dijalankan dari atas dan tidak ada hubungannya dengan pemerintah—lebih jauh lagi, keberadaan pemerintah malah akan merusak kerja sama yang spontan antara individu-individu yang merdeka. Tugas untuk membebaskan masyarakat dari belenggu otoritas dan properti menjadi tugas dari kelas pekerja:

Para pekerja, buruh-buruh, siapapun kalian, inisiatif untuk perubahan ada pada kalian. Kalianlah yang akan mencapai sintesis dari komposisi sosial yang akan menjadi kreasi yang sempurna, dan cuma kalian yang bisa mencapainya... dan kau, manusia dengan kekuasaan, hakim-hakim yang marah, pemilik-pemilik pengecut, tidakkah kalian akhirnya mengerti apa yang aku maksud? Jangan memprovokasikan kemurkaan derita kami, walau mungkin polisi-polisi dan tentara kalian berhasil menindas kami, kalian tidak akan dapat berdiri di atas sumber daya terakhir kami...

Karena ancaman abstrak ini pemerintah menangkapnya dengan tuntutan “menganggu keamanan publik,” namun seorang dewan Juri tidak mengesahkannya. Di tahun 1843 Proudhon tiba di Lyons, sebuah kota yang memiliki sejarah panjang pemberontakan yang masih terekam dengan jelas. Ide untuk sebuah penyebaran yang luas dari asosiasi pekerja mulai subur di dalam kota ini, yang dihubungkan dengan sebuah penekanan terhadap aksi-aksi ekonomi. Proudhon bergabung dengan sebuah kelompok rahasia dari para pekerja manual yang menolak aksi-aksi politis.

Revolusi sosial akan benar-benar diperhitungkan apabila ia dibangkitkan melalui sebuah revolusi politik... pergerakan sosialis yang baru akan dimulai dari peperangan tempat-tempat kerja.

Proudhon selalu menjadi penolak keras dari segala macam perubahan masyarakat yang hanya ingin menggantikan satu pemimpin dengan pemimpin lainnya. Di tahun 1847, setelah bergabung dengan para dedengkot revolusioner Paris pada waktu itu, Proudhon menolak rencana Marx untuk sebuah organisasi politik:

Marilah kita semua menjauh dari keinginan untuk menjadi pemimpin-pemimpin dari sesuatu yang tidak dapat ditolerir lagi. Marilah kita tidak membuat diri kita sebagai nabi-nabi dari sebuah agama baru, meskipun itu adalah agama dari logika, dan akal.

Menurutnya, daripada menyerukan tindakan-tindakan ekonomik lebih baik, “membuat sebuah pengembalian (reklaim) dari masyarakat, melalui sebuah kombinasi ekonomik, dari kekayaan yang tadinya diambil dari masyarakat dengan kombinasi ekonomi lainnya.”

Inilah daya tarik Proudhon di antara kaum pekerja radikal yang mengikuti idenya, sesuatu yang membuat Marx melakukan tindakan-tindakan fitnah dan menyalahartikan ide-idenya untuk menyingkirkan Proudhon. Perpecahan antara Anarkisme dan Marxisme pun mulai terbuka. Namun semua perselisihan dikesampingkan ketika terjadi insureksi di bulan Februari 1848, sebuah gerakan popular yang tuntutan-tuntutan utamanya adalah akhir dari monarki dan hak pilih yang universal. Proudhon pun bergabung dengan pemberontak di barikade-barikade, meskipun ia khawatir dengan tujuan-tujuan mereka. Republik kedua akhirnya dideklarasikan, namun Proudhon mengendus kekurangan-kekurangannya. “Mereka telah membuat sebuah revolusi tanpa ide-ide,” tulis Proudhon. “Sangatlah perlu untuk menuntun sebuah tujuan pada pergerakan.”

Ini adalah tugas yang ia persiapkan bagi dirinya sendiri. Ia memulainya dengan membuat koran anarkis berkala pertama di dunia yang bertajuk The People’s Representatives, yang di halaman utamanya tertulis: “Siapakah para produser? Bukan siapa-siapa. Seharusnya ia menjadi apa? Segalanya!” Di dalam kolom-kolomnya ia terus menerus mengingatkan kaum proletar bahwa “kaum proletar harus mengemansipasikan diri mereka tanpa perlu bantuan dari pemerintah,” serta menyerang mitos-mitos pemilihan umum maupun parlemen.

Di bulan Juni, kaum pekerja miskin Paris kembali bangkit melawan pemerintah. Proudhon ikut bergabung dan menyadari bahwa kebangkitan pertama ini merupakan sebuah elemen baru di dalam revolusi. Represi yang brutal pun dilakukan oleh pemerintah, pada masa-masa ini banyak dari para pekerja yang ditembaki juga ditransportasikan ke koloni-koloni hukuman, Proudhon tidak gentar dan tetap terbuka dalam dukungannya terhadap para pekerja. Sebagai respon, pemerintah melarang koran Proudhon. Ketika larangan dicabut, tajuk utamanya melangkah lebih jauh: “Siapa sih Kapitalis itu? Segalanya! Seharusnya ia menjadi apa? Tak ada!”

Ekstrimisme Proudhon dalam menekankan perlunya perjuangan kelas dan perlunya berdampingan dengan kaum pekerja sebagai sebuah kelas (dan bukannya dengan grup-grup yang tidak jelas) mengisolasikan dirinya dari kebanyakan kaum radikal. Dengan sirkulasinya yang bertambah sampai 40 ribuan kopi, pemerintah akhirnya mencabut izin koran The People’s Representatives. Proudhon yang sudah meramal tindakan pemerintah tersebut, telah lebih dulu mempersiapkan sebuah koran baru bersama sahabatnya dengan tajuk, The People. Di koran tersebut ia menuduh bahwa Presiden Perancis yang baru dipilih, Louis Napoleon, sebagai “penggambaran wujud reaksi yang berkonspirasi untuk memperbudak masyarakat.” (ramalannya terbukti benar: beberapa tahun kemudian sang Louis Napoleon, keponakan dari Bonaparte, melakukan sebuah kudeta dan mendeklarasikan dirinya sebagai kaisar.)

Proudhon pergi bersembunyi untuk menghindari penangkapan, ia dituntut karena melakukan penghasutan dan dikenai hukuman tiga tahun dipenjara karena absensinya. Proudhon akhirnya tertangkap dan dipenjara di benteng Doullens, meskipun begitu dia tetap menulis di waktu senggang untuk koran barunya, The Voice of the People. Ini merupakan jurnalnya yang paling populer, koran ini terjual sebanyak 60 ribu kopi tiap isunya. Pada bulan Mei 1850, koran ini disupresi seperti kebanyakan koran radikal lainnya, baginya ini adalah waktu untuk menulis Provocation to Civil War. Proudhon menghabiskan kebanyakan waktu-waktunya di penjara untuk menulis bukubukunya, termasuk Confessions of a Revolutionary, sebuah analisis dari revolusi 1848, juga buku The General Idea of Revolution in 19th Century, yang menyelidiki jalan perkembangan sosial dan mencari jalan yang harus diambil di kemudian hari.

Di dalam buku General Idea, Proudhon menjelaskan bahwa masyarakat tidak terpisah dari alam, namun merupakan bagian darinya: aturan-aturan dan batasan-batasan alam membuat kemanusiaan mengembangkan dan mencapai kebebasan. Revolusi itu diperlukan—dan tidak dapat dihindari— seperti halnya melahirkan, kelahiran serta kematian:

Sebuah revolusi adalah suatu kekuatan di mana tak ada kekuasaan—manusia maupun tuhan—yang akan menang, revolusi merupakan sebuah kekuatan yang secara alami tumbuh sebagai perlawanan terhadap kekuasaan... Semakin kamu menindasnya, semakin kamu meningkatkan pertumbuhannya dan membuat aksinya menjadi tidak dapat ditolak, jadi ini mirip seperti kemenangan dari sebuah ide meskipun ia dihukum, dilecehkan serta ditindas sejak awal, ia akan berkembang dan tumbuh tak terhalangi... revolusi menjadi maju, dengan langkah yang suram dan ditakdirkan, dengan bunga yang ditaburkan oleh kawan-kawannya, melalui darah dari para pembelanya, juga dari tubuh musuh-musuhnya.

Revolusi-revolusi di abad 17 dan 18, tulisnya, hanya sukses dalam menggantikan kekuatan monarki feodal dengan kekuatan negara kapitalis. Menurutnya, segala macam bentuk organisasi negara adalah “bukan apapun tapi kekacauan, yang melayani sebuah basis dari tirani yang kekal.” Oleh karena itu abad 19 membutuhkan sebuah revolusi yang lebih dari itu, perubahan total dari ekonomi di mana negara akan digantikan dengan sebuah bentuk baru dari organisasi sosial, yang berbasis pada asosiasi-asosiasi antar pekerja:

Pentingnya tugas mereka tidak terletak di dalam kepentingan-kepentingan serikat mereka yang sempit, namun di dalam penolakan mereka terhadap kaum kapitalis dan pemerintah yang tidak mereka lakukan ketika pertama kali terjadinya revolusi. Kemudian, ketika mereka telah mengalahkan kebohongan politik, kelompok-kelompok pekerja harus mengambil alih badan-badan industri besar yang merupakan hak alami mereka.

Ketika ini telah tercapai maka akan terbuka jalan bagi sebuah masyarakat anarkis yang berbasis pada mutualisme dan kebebasan. Melalui penjelasannya akan ide utama perihal kendali langsung para pekerja di dalam sebuah masyarakat yang desentralis dan berfederasi, Proudhon membuka fondasi dasar bagi pengembangan gerakan anarkis dan sindikalis yang akan berkembang di kemudian hari.

Untuk menggantikan peraturan, kita akan membuat kontrak-kontrak; tidak ada lagi peraturan yang ditentukan oleh mayoritas walaupun itu merupakan kesepakatan bulat. Tiap warga, dari tiap kota, tiap serikat industri akan membuat peraturan mereka sendiri. Kita akan menggantikan kekuatan politik dengan kekuatan ekonomi... Sebagai ganti dari bala tentara, kita akan membentuk asosiasi-asosiasi industri. Sebagai ganti dari polisi, kita akan membuat identitas-identitas kepentingan.

Setelah Proudhon dibebaskan dari penjara, ekstrimisme yang telah melekat padanya menjadi penyebab susahnya ia mendapatkan pekerjaan, namun sebelum tahun 1858 ia menemukan sebuah penerbit yang bersedia menerbitkan karya komprehensifnya yang terbaru, Justice in the Revolution and in the Church. Dalam jangka waktu seminggu sebelum pemerintah merampas cetakan yang tersisa dari karyanya tersebut, enam ribu kopi telah terlebih dahulu terjual. Proudhon dituntut dengan tuduhan kejahatan terhadap moralitas publik, agama dan negara, ia dikenai hukuman tiga tahun penjara. Proudhon dengan segera melarikan diri ke Belgia, di mana ia menulis War and Peace, sebuah analisis mengenai akar dan dinamika-dinamika perang yang juga menjadi judul dari novel Leo Tolstoy.

Di tahun 1862, Proudhon diberi amnesti dan kembali ke Perancis. Di sana ia melengkapi teorinya mengenai federalisme yang akan menjadi pengaruh besar bagi pemikiran anarkis semenjak saat itu.

Karyanya yang berjudul On the Federal Principle, yang diterbitkan pada tahun 1863, merupakan sebuah ringkasan dari pandangannya mengenai nasionalisme yang juga sebuah usaha untuk memperluas pandangan anarki dari level industri dan ekonomi menuju masyarakat dunia secara umum. Ia cukup yakin kalau anarki dapat lahir di abad-abad ke depan dan perlahanlahan akan dimulai dengan sebuah perkembangan sosial yang berdasarkan federasi pada tiap levelnya. Dengan demikian federasi dimulai dari tingkat lokal, di mana orang-orang akan berhubugan secara sukarela untuk mengatur dan mengendalikan kehidupan mereka sendiri. Koordinasi (daripada administrasi) dari tiap asosiasi dan komune-komune akan dicapai melalui keterlibatan mereka secara bebas dan setara di dalam konfederasi-konfederasi umum yang mencakup semuanya.

Proudhon sangat menolak nasionalisme: baginya nasionalisme adalah sebuah pandangan yang akan menciptakan, pertama-tama, dominasi populasi-populasi yang dipersatukan oleh pemerintahan sentralis yang kuat, lalu akan membuat persaingan serta perang dalam skala internasional. Pemerintahan pusat harus dihapuskan dan negara-negara akan digantikan dengan konfederasi wilayah-wilayah dalam pertimbangan geografis. Ambil contoh, Eropa, yang akan menjadi induk dari konfederasi di mana federasi lokal terkecil pun akan memiliki pengaruh yang sama dengan federasi yang terbesar. Organisasi politik dan keputusan harus melalui dasarnya baru ke atas.

Pada saat ini Proudhon memiliki pengikut yang kuat dan ia sangat berpengaruh pada gerakan abstensionis yang terbentuk sebelum pemilihan umum tahun 1863.

Aku akan mengatakan padamu dengan segenap energi dan kesedihan di dalam hatiku: pisahkan dirimu dari mereka yang telah mencerabut diri darimu... melalui separasilah kalian akan menang. Tanpa representatif, tanpa kandidat.

Ini menjadi pandangan utama bagi para anarkis terhadap pemilihan umum semenjak saat itu.

Dalam dua tahun sisa masa hidupnya, tanpa memperdulikan kondisi kesehatannya yang memburuk, ia menyelesaikan karyanya yang mungkin paling berpengaruh, On the Political Capacity of the Working Classes, sebuah testamen terakhir yang menyambungkan berbagai teorinya menjadi sebuah pernyataan final yang kohesif mengenai misi dari kaum proletar sebagai suatu kekuatan yang mandiri di dalam perkembangan sosial:

Untuk memiliki kapasitas politik berarti memiliki kesadaraan seseorang sebagai bagian dari kolektivitas, untuk menegaskan ide yang lahir dari kesadaran semacam ini, dan juga untuk mencapai realisasinya. Siapapun yang bisa menyatukan ketiga kondisi ini pasti berkemampuan untuk melakukan banyak hal.

Ia percaya kalau pekerja Perancis pada saat itu telah mencapai pemenuhan kondisi-kondisi tersebut. Mereka sudah lebih dahulu sadar akan tempat mereka di dalam sebuah grup kolektif—yaitu kelas pekerja—yang kepentingannya berbeda dengan kelas lainnya di dalam masyarakat. Lebih jauh lagi, kesadaran kelas mereka akan membawa mereka menuju mutualisme, ide mengenai sebuah masyarakat yang diatur secara egaliter, dan federalisme agar persamaan dapat dicapai.

Proudhon wafat di bulan Januari 1865, ketika ia baru saja menerima kabar gembira perihal terbentuknya International Workingsmen Association (Asosiasi Internasional Pekerja-Pen), yang sedikit banyaknya merupakan upaya-upaya dari para pengikutnya. Penerimaan ide-ide Proudhon oleh kalangan kelas pekerja yang luas terlihat dari prosesi yang panjang pada saat pemakamannya, sebuah penerimaan yang menegaskan Anarkisme sebagai suatu kekuatan besar di dalam sejarah modern dan juga menyediakan basis yang tidak terkira bagi kaum anarkis dalam membangun teori mereka.

Materi diambil dari buku ANARKI: SEBUAH PANDUAN GRAFIS karya Clifford Harper

Tidak ada komentar:

Get Your TAROT Reading