Selamat Datang! | Welcome!

DALAM WAKTU YANG SEMAKIN MENDESAK UNTUK TRANSFORMASI MIMPI, DIMANA RUANG-RUANG HIDUP SUDAH SEDIKIT TERSISA UNTUK KAMI MENGKREASIKAN MIMPI. DIMANA RUANG-RUANG HIDUP BUKAN LAGI BEBAS BERBICARA TENTANG MIMPI SETIAP INDIVIDU, BEBAS MEMILIH JALAN BUDAYA-PERADABAN UNTUK SETIAP KOMUNI, NAMUN SUDAH PENUH DENGAN MIMPI-MIMPI MASSAL DAN JALAN HIDUP BUDAYA-PERADABAN MASSAL DALAM BINGKAI PERBUDAKAN MANUSIA.

IDEOLOGI, PEMERINTAHAN, PASAR, KORPORASI, STRUKTUR HIDUP DALAM SEJARAH TERCIPTA MASIH BELUM MAMPU MEMBEBASKAN MANUSIA DI ATAS ALAM YANG NETRAL INI, MAKA UPAYA-UPAYA UNTUK MENCIPTAKAN RUANG-RUANG BEBAS DI ATAS ALAM INI ADALAH UPAYA PEMBEBASAN INDIVIDU MANUSIA.

INDIVIDU BUKANLAH APA YANG IA PAKAI, APA YANG IA KENDARAI, APA YANG IA PERCAYAI. INDIVIDU BUKANLAH SETIAP MASALAH-MASALAH YANG MELEKAT PADA DIRINYA, LABEL-LABEL YANG DIBERIKAN KELUARGA DAN LINGKUNGANNYA. INDIVIDU ADALAH ENERGI INDEPENDEN DALAM KETAKDEFINISIAN YANG MAMPU MEMBERIKAN API KEHIDUPAN KEPADA ALAM, DIMANA ENERGI TERSEBUT JUGA BERASAL DARI API KEHIDUPAN ALAM DAN INI DINAMAI DENGAN SPIRIT.

MAKA PEMBEBASAN SPIRIT AKAN MEMBEBASKAN DUNIA, ADALAH VITAL UNTUK MENGHANCURKAN RUANG-RUANG YANG MENDESAK. PERANG TERHADAP MANIPULASI INFORMASI, HARAPAN-HARAPAN PALSU, DAN SEGALA STRUKTUR YANG MELEMAHKAN INDIVIDU DAN MEMBANGUN KEMBALI RUANG-RUANG BEBAS DI ATAS KEHANCURANNYA SAMBIL MEMELIHARA DAN MENGEMBANGKAN RUANG-RUANG BEBAS YANG SUDAH TERCIPTA.

SUDAH SAATNYA BEBASKAN SPIRITMU MAKA KAMU MEMBEBASKAN DUNIAMU! ANGKAT BERPERANG KARENA INI ADALAH MEDAN PERTEMPURAN & PERTARUNGAN SPIRITUALITAS!


FREE SPIRIT-FREE WORLD
AQUARIAN
aquarian.free@gmail.com

Kunjungi Pustaka Online Aquarian

QUOTES FOR LIFE TRANSFORMATION

Minggu, 09 Januari 2011

SITUASIONIS INTERNASIONAL



“...ide-ide kami ada di dalam pikiran setiap orang...”



Pelajaran dari Hungaria tidak begitu saja lenyap, sekelompok kecil seniman dan radikal pada tahun 1957 membentuk Situasionis Internasional. Di sepanjang dekade kemudian, mereka menyumbangkan sebuah pengaruh yang besar dan luas bagi aktivitas dan pemikiran revolusioner.

Di tahun-tahun antara pembentukan organisasi tersebut hingga pembubarannya pada tahun 1972, mereka membangun sebuah pemahaman yang cukup rumit dan koheren mengenai masyarakat modern yang represif dan juga tujuan serta taktik untuk menekannya demi mencapai sebuah dunia baru dengan kebebasan yang absolut. Ide-ide dan metode mereka berada di jantung pemberontakan Mei 1968 di Perancis dan menginspirasikan kelompok-kelompok radikal dan yang serupanya di lusinan negara di seluruh dunia.

Meskipun grup inti mereka tidak pernah lebih dari empat puluh orang, dan terkadang malah kurang dari sepuluh orang, efek dan warisan mereka sangatlah luas, sementara itu ide-ide Situasionis sendiri belum semuanya terealisasi. Ide-ide ini muncul di antara tahun 1959 dan 1969 di dalam dua belas edisi majalah mereka yang bernama Internationale Situationiste, juga di beberapa pamplet dan buku, yang paling terpenting adalah The Revolution of Everday Life dan The Book of Pleasures yang ditulis oleh Raoul Vaneigem, dan The Society of Spectacle oleh Guy Debord, yang juga turut serta dalam pembuatan majalah.

Tulisan mereka mengandung sebuah kritisisme tanpa ampun dan keras kepala bagi kesempitan dan batasan-batasan dari para oposisi-oposisi yang paling radikal pada waktu itu, termasuk Anarkisme—yang serta merta mengutuk kaum kiri, yaitu organ-organ serikat dan partai karena keterlibatan mereka di dalam sistem. Fondasi dasar dari teori Situasionis adalah “Ide paling revolusioner adalah pilihan untuk membangun kembali dunia demi kebutuhan dewan-dewan pekerja...” Hungaria tahun 1956 merupakan contoh terbaru dari usaha masyarakat untuk mengesampingkan negara dan mencapai sebuah demokrasi langsung yang diatur secara mandiri; seperti halnya dengan dewan-dewan yang muncul di tiap kebangkitan revolusioner di abad 20—Petrogard tahun 1905 dan 1917, Jerman tahun 1919, di Turin tahun 1920, dan kolektif-kolektif agrikultur serta industri di Spanyol pada tahun 1936.

Situasionisme berpendapat bahwa semua gema yang lain dari perlawanan politis maupun kultural, kebanyakan dari mereka terlalu banyak berkompromi atau malah kekurangan pemahaman yang jelas: “Dewan-dewan pekerja adalah jawaban satu-satunya. Tiap bentuk perjuangan revolusioner yang lain berakhir menjadi bentuk yang berlawanan dari apa yang sebenarnya mereka perjuangkan sebelumnya.”

Keyakinan akan dewan-dewan pekerja ini bukanlah sesuatu yang aneh. Kaum radikal Perancis lainnya meyakini hal yang sama—kaum anarkis Noire et Rouge atau para eks Trotsky dari Socialisme ou Barbarie, contohnya. Namun para Situasionis ini melangkah lebih jauh dan membangun sebuah kritik yang brilian bagi dunia modern. Akarnya berasal dari sebuah fusi radikalisme ekstrim, seni garda depan—dan beberapa dari mereka merupakan bekas anggota dari neo-Dadaist Mouvement Lettriste—juga teori dari penyair Lautreamont, yang berpendapat bahwa “Puisi harus dibuat oleh semua orang”.

Tradisi gerakan-gerakan seni radikal—seperti puisi possimbolisme, Dadaisme, Surrealisme pada masa awal—yang percaya bahwa tujuan utama dari seni adalah revolusi, begitu pula sebaliknya. Ambisi mereka adalah membuat sebuah dunia di mana seni menjadi hidup dan hidup menjadi seni. Para seniman menjadi revolusioner melalui hasrat mereka untuk merealisasikan dan menciptakan apa yang terlampir di dalam diri mereka sendiri—yaitu subjektivitas mereka. Subjektivitas yang kreatif secara esensial adalah revolusioner karena di dalam usahanya untuk memenuhi tujuannya, mestilah harus berhadapan dengan batasan-batasan dari masyarakat yang represif. Di dalam usahanya untuk memenuhi subjektivitasnya, maka ia harus mendobrak tiap batasan-batasan.

Aktifitas kreatif yang radikal, dengan tujuan membebaskan semua hasrat, menelusuri rute Situasionisme yang pada waktu itu ingin mencari jalan keluar dari keberadaan represif melalui “arah barat laut”. Ia melokasikan jalan ini melalui dunia sebagaimana halnya dengan “penampakan-penampakannya”—dari tirani dangkal tatanan dunia modern borjuis ke sebuah dunia “yang belum pernah ada”—di dalam map seni abad 20, sebuah lanskap kebebasan dan eksperimen kehidupan harian. Seperti halnya yang diucapkan oleh penyair Dadais Tristan Tzara 40 tahun sebelumnya, “Seniman modern tidak melukis tapi menciptakan langsung... hidup dan seni menjadi satu.”

Pada tahun 1916 dengan Kabaret Voltaire, para Dadais telah mencoba melakukan penciptaan kembali kehidupan sehari-hari dengan melecehkan klaim bahwa seni itu superior dan spesial, mereka bertujuan untuk menghapuskan seni sama sekali dan selamanya. Di tahun 1920 kaum surrealis berusaha untuk melangsungkan kembali nadi artistik ke dalam penciptaan kembali kehidupan sehari-hari yang secara bersamaan melanjutkan untuk menghasilkan karya-karya seni—“untuk merealisasikan seni tanpa menghapusnya.” Sementara itu Situasionisme memiliki pandangan yang bertujuan untuk mendorong seni: untuk kemudian menghapuskannya sebagai aktivitas spesial dan terpisah dari budaya dan mengubahnya ke dalam kehidupan sehari-hari.

Dominasi tatanan borjuis atas kehidupan sehari-hari dapat ditekan dengan sebuah seni radikal. Ini merupakan titik berangkat dari Situasionisme, yang mengarah menuju penyerangan yang luas terhadap sisi asli masyarakat modern—divisi-divisi kerjanya, pemisahan kerja dan pemikiran, kelimpahan kekayaan material dan kemiskinan dari eksistensi sehari-harinya—sebuah masyarakat yang ketika, “dihadapkan dengan pilihan cinta atau tempat pembuangan sampah, maka muda-mudi dari seluruh bangsa akan memilih tempat pembuangan sampah.”

Di sebuah masyarakat yang diatur melalui pilihan apa yang harus dikonsumsi, seni tidaklah berbeda dengan tempat pembuangan sampah. Kapitalisme konsumer telah membangun sebuah struktur universal yang berbasis komoditi, yang menyebar ke tiap pengalaman—budaya, waktu luang, organisasi politik. Pada kenyataannya, setiap kehidupan didominasi oleh komoditi dan setiap orang berpartisipasi di dalam kehidupan sosial sebagai seorang konsumer. Kehidupan modern menjadi semata bertahan hidup, yang didominasi oleh konsumsi ekonomi. Di abad 19 keterasingan terletak pada produksi kapitalis, namun pada abad 20 ia berganti letak ke dalam kehidupan sehari-hari. Masyarakat bukanlah semata-mata produser-produser yang terasing mereka juga adalah konsumer yang terasing, dengan tiap hubungan manusia yang berputar di sekitar perdagangan dan konsumsi. Kita menjadi terasing dari kehidupan kita sendiri, yang telah menjadi objekobjek untuk dikonsumsi. Situasionis mendefinisikan ini sebagai Spectacle:

Fase pertama dari dominasi ekonomi ke dalam kehidupan sosial menyebabkan degradasi dari 'menjadi' ke 'memilik'i. Pendudukan total atas kehidupan sosial oleh spectacle mengarah menuju perubahan dari 'memiliki' menjadi 'menampak'.

Kemanusiaan menjadi suatu tontonan yang ramai terhadap spectacle, sebuah aktivitas komunikasi satu-arah, sebuah pertunjukan yang tidak dapat dibantah, para penonton dari kehidupan mereka sendiri direduksi menjadi suatu hubungan pasif terisolasi yang banal—masyarakat-komoditispektakuler. Ini terjadi di mana saja di dalam kehidupan sehari-hari oleh sebuah “manajemen totalitarian”, yang mendikte keinginan kita untuk berperilaku. Ia menggantikan tindakan dengan pasifitas, pemikiran dengan kontemplasi yang dungu, hidup dengan materialisme, dan hasrat dengan kebutuhan. Yang berkata, “apa yang tampak adalah baik, apa yang baik itu adalah yang tampak,” meski di dalam masa “krisis” ia tidak menjanjikan apapun namun dengan gampang berkata, “sudah seharusnya.”

Pertunjukan telah usai. Para penonton berdiri untuk meninggalkan tempat duduk mereka. Saatnya mengambil mantel dan pulang ke rumah. Ketika mereka berbalik... Tidak ada lagi mantel dan tidak ada lagi rumah... para penonton tidak pernah merasakan rumah di manapun karena spectacle ada di mana-mana.

Beginilah bagaimana situasionis melihatnya. Arena perjuangan revolusioner tidak lagi terletak di dalam produksi ekonomi kapitalis, namun di dalam eksistensi sehari-hari. Hidup itu sendiri telah dicuri. Proyek revolusi, oleh karena itu, adalah untuk menciptakan kembali—membangun kembali—kehidupan. Situasionis melakukan pembeberan kontradiksi keseharian yang ditemukan di dalam kekosongan yang dangkal dari kehidupan modern, kontradiksi yang dirasakan oleh tiap orang—“ide-ide kami ada di pikiran setiap orang”—yang bukan semata ide, sesungguhnya sebagai hasrat-hasrat. Untuk keterpisahan yang jauh dari hasrat dan ide-ide, di antara apa yang diterima orang-orang dan apa yang mereka inginkan, sekarang adalah bagian dari kehidupan setiap orang. Mereka berniat untuk menjembatani hasrat dengan ide: untuk membuat kontradiksi itu sangat jelas, dan keterkaitannya menjadi nyata, bahwa setiap orang harus bertindak sesuai dengan pemahaman tersebut. Meskipun keinginan untuk membangun kembali eksistensi sehari-hari itu hampir tidak terlihat di dalam kabut spectacle yang menyelubungi, namun keinginan tersebut universal. Di dalam ribuan cara, dalam penolakan dan pemberontakan, meski tercerai dan terisolasi, laki-laki dan perempuan berusaha menciptakan kembali kehidupan melalui hasrat mereka. Seperti halnya spectacle, “keduanya adalah hasil dan proyek dari bentuk produksi yang sedang eksis,” pembangunan kembali hidup ini adalah hasil dan proyek dari revolusi. Ini adalah cara untuk menghapuskan—untuk meninggalkan—zaman modern: “ide kami adalah yang terbaik sejauh ini untuk keluar dari abad 20.”

Teori Situasionis mengandung keyakinan terhadap kenikmatan dan cinta. Hasrat yang dilepaskan akan menjadi, “sebuah sapu bersih akan nilai-nilai dan aturan dari perilaku sehari-hari.”

Mereka yang berbicara mengenai revolusi dan perjuangan kelas tanpa mengaitkannya secara eksplisit dengan kehidupan sehari-hari, tanpa memahami apa yang subversif dari cinta dan apa yang positif dari pendobrakan terhadap batasan-batasan, orang-orang semacam itu memiliki bangkai di dalam mulutnya.

Mereka menyuruh orang-orang untuk, “membawa hasrat mereka ke dalam realita,” seperti kutipan yang disetujui oleh Charles Fourier sang filsuf utopian abad 19:

Jangan pernah mengorbankan kesenangan sekarang dengan yang ada nanti. Nikmatilah momen tersebut. Hindari tiap ikatan atau hubungan lain yang tidak memuaskan keinginan-keinginanmu dari awal. Kenapa kamu harus bekerja untuk kenikmatan yang ada nanti ketika itu malah akan mengurangi hasratmu, sementara apa yang kamu dapatkan dari Tatanan Terkombinasi hanyalah satu ketidaknikmatan, yaitu ketidakmampuan untuk menggandakan jarak hari-hari untuk mengakomodasi kenikmatan yang terbentang luas, yang tersedia untukmu?


Materi diambil dari buku ANARKI: SEBUAH PANDUAN GRAFIS karya Clifford Harper

Tidak ada komentar:

Get Your TAROT Reading